Dianjurkan Untuk Tidak Saling Menyalahkan

Senin 15 Mar 2021, 07:00 WIB

Oleh: Harmoko

SERING dikatakan, “Yang paling mudah itu menyalahkan orang lain. Dan, yang tersulit adalah mengakui kesalahan diri sendiri.” Mengapa? Jawabnya adalah kesalahan orang lain terletak pada mata kita, sedangkan kesalahan kita sendiri terletak di punggung kita.

Tetapi jangan karena mudah melihat kesalahan orang lain, lantas sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, sementara lupa kepada kesalahan diri sendiri. Ini kesalahan besar.

Perilaku semacam ini tak sesuai dengan etika, tak juga selaras dengan norma dan budaya bangsa kita yang mengajarkan tata krama, dan sopan santun. Juga untuk saling menghargai satu sama lain, bukan menyalahkan satu sama lain.

Karenanya, wajar jika kita senantiasa diminta introspeksi diri atas kesalahan yang terjadi, bukan malah menguak kesalahan orang lain demi menutupi keburukan sendiri. Jangan kemudian bertindak seperti kata pepatah “Buruk muka cermin dibelah.”

Karena kesalahan yang diperbuatnya, orang lain yang dipersalahkan. Keadaan menjadi buruk karena perbuatannya, tetapi untuk menutupinya, orang lain yang dipersalahkan. Tak ubahnya kebijakan itu sendiri yang salah, tetapi pihak lain yang disalahkan. Dipersepsikan: Karena pihak lain, maka kebijakan menjadi salah, tidak tepat sasaran.

Ini bentuk pengingkaran terhadap keadaan yang menimpa dirinya. Padahal kita tahu, sedalam apa pun keburukan disembunyikan, saatnya akan terkuak. Sebaliknya sejauh apa pun kebenaran disingkirkan, suatu saat akan terungkap.

Kita meyakini, “Kesalahan tidak akan menjadi kebenaran walau berulang kali diumumkan. Sebaliknya, kebenaran tidak akan jadi kesalahan walau tidak seorang pun mengetahuinya,” Seperti dikatakan guru bangsa India Mahatma Gandhi.

Makna yang dapat kita petik adalah sekalipun kita dipersalahkan, terus dicari-cari kesalahan oleh orang lain, sikapilah secara bijak.

Terimalah dengan lapang dada, jika dipersalahkan orang lain.Dengan sering dipersalahkan dan dicari–cari kesalahan, membuat kita makin berhati–hati dalam berbuat. Menjadikan kita makin kuat menghadapi cercaan dan hinaan.

Kita sering mendengar dalam percakapan sehari-hari “sing ngalah berkah” (yang mengalah akan mendapatkan berkah).

Dalam falsafah Jawa juga dikenal istilah “Wani ngalah luhur wekasane “ – artinya berani mengalah akan mendapat kemuliaan pada akhirnya.

Sejumlah referensi menyebutkan istilah “wani ngalah luhur wekasane” merupakan petikan lirik tembang “ Mijil” yang diciptakan Sunan Kudus (Jafar Shodiq). Digunakan sebagai salah satu metoda dalam berdakwah. Konon, Sunan Gunung Jati juga menggunakan metoda tersebut.

Ditafsirkan, mengalah adalah sebuah kemenangan karena mampu menyingkirkan ego pribadi, menunda kepentingan diri sendiri demi mendahulukan kepentingan orang lain. Berani menunda kebahagian diri sendiri demi mendahulukan kebahagiaan orang lain.

Ini mengajarkan kepada kita perlunya pengendalian diri, mengelola ego pribadi, bersabar menghadapi cobaan, rasa syukur karena masih ada kemampuan membahagiakan orang lain. Masih diberi kesempatan untuk membantu orang yang lebih membutuhkan. Ini sejatinya sebuah kemenangan besar.

Itulah sebabnya, kita dianjurkan untuk tidak mencari–cari kesalahan orang lain, tidak pula menyikapinya dengan saling menyalahkan yang dapat berakibat buruk bagi semuanya. Lebih baik mengalah untuk sebuah kemenangan besar. (*)

Berita Terkait

Ego Kelompok Tidaklah Elok

Kamis 08 Apr 2021, 07:00 WIB
undefined

Pantang Menyerah

Senin 19 Apr 2021, 07:00 WIB
undefined

Kesadaran Tolong Menolong

Senin 10 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

News Update