Kemal dan sang istri, Dina, dengan segala keterbatasannya mendirikan Saung Baca Kite. (luthfi/kontributor)

Nusantara

Rumah Baca Kite: Perangi Generasi TikTok dengan Segala Keterbatasan

Selasa 16 Feb 2021, 16:24 WIB

SERANG, POSKOTA.CO.ID - Di tengah kuatnya arus informasi yang tak bisa dibendung, sepasang suami istri mencoba mengalihkan budaya anak-anak di lingkungan sekitar dari candu bermain gadget.

Hanya bermodalkan niat dan semangat, Kemal Farhan (36) bersama sang istri, Dina Marlina (34) mendirikan Saung Baca Kite secara mandiri, di tengah keterbatasan finansial rumah tangganya.

Berdiri di atas lahan bangunan kompleks yang terbatas, Kemal bersama sang istri mencoba mengukir cita-cita menumbuhkan geliat literasi di lingkungannya.

"Kami berjalan apa adanya saja sejak awal pendirian satu tahun lalu, sangat sederhana seperti ini," kata Kemal saat ditemui di rumahnya yang dijadikan sebagai saung baca, di komplek Puri, Kelurahan Pipitan, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Banten, Selasa (16/2/2021).

Baca juga: Kapolda Jabar Resmikan Rumah Baca di Cilendek

Diresmikan sejak Februari 2020, nama Saung Baca Kite terinspirasi dari sebuah saung yang ada tepat di depan rumahnya. Saung itu kondisinya sudah mulai rapuh, namun masih dijadikan sebagai tempat anak-anak belajar secara mandiri.

Ada sekitar 20 anak-anak yang belajar di Saung Baca Kite setiap harinya. Di Rumah Baca Kite ini, mereka bisa belajar apa saja dari mulai membaca, praktik menanam sampai praktik bahasa Inggris.

"Kami tidak memungut biaya sepeser pun, gratis alias nol rupiah. Anak-anak bisa belajar apa saja di sini secara bebas, tidak terpaku pada target dalam kurikulum, sehingga anak-anak bisa melakukan eksplorasi semaunya," ungkap Kemal.

Baca juga: Menag: Banyak Muncul Hoaks, Tantangan Pers untuk Menjadi Penjernih di Tengah Banjirnya Informasi

Kemal yang semula merupakan karyawan di sebuah perusahaan di Tangerang, terpaksa harus berhenti setelah musibah tabrakan 2018 lalu yang membuatnya tak bisa berjalan secara normal karena tulang ekornya patah.

"Karena sudah tidak kerja lagi, sekarang saya fokus mengembangkan rumah baca ini. Meskipun tidak ada nilai profit, tapi ada kepuasan yang kami dapat dari model pendidikan yang kami terapkan ini," jelasnya.

Setiap satu minggu sekali Kemal harus melakukan terapi urut di Kota Serang. Jarak tempuh yang cukup jauh, dengan sabar ia jalani bersama sang istri.

Baca juga: Menkominfo Sebut Masih Ada Pembaca Media Cetak 4,5 Juta, Masyarakat Butuh Informasi Cepat dan Gratis

Kemal kini tak lagi bisa membawa motor. Untuk itu, setiap berangkat ke Serang, ia selalu dibonceng sang istri, dengan posisi duduk menyamping. Kemal tidak bisa duduk di atas motor secara normal, sebab tulang ekornya sakit jika dipaksakan.

Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, Kemal berjualan bibit tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Dalam satu plastik kecil, ada tiga biji bibit. Setiap plastiknya ia jual dengan harga Rp5.000.

Hasil dari jualan itu kadang ia alokasikan untuk operasional rumah baca. Untuk menumbuhkan semangat anak-anak, hasil jualannya dibelikan makanan atau minuman untuk doorprize.

"Memang harganya tidak seberapa, tapi nilai semangatnya itu yang luar biasa," ungkapnya.

Baca juga: Dengan Kocek Sendiri, Pensiunan ASN Daryono Dirikan Taman Bacaan Al Arrasy di Koja

Selain itu, sang istri, Dina, empat hari dalam seminggu ia berjaga di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pojok Baca yang ada di gedung sekretariat DPRD Kota Serang. Sedangkan untuk hari Jumat-Minggu, ia memberi menyorong kepada pengurus Rumah Baca Tukik di Anyer.

"Ya, alhamdulilah Rizqi mah ada aja, meskipun tidak banyak tapi insya Allah semua yang diberikan ini kami syukuri," ujarnya.

Kemal mengaku kebutuhan keluarga dan rumah bacanya ini cukup besar setiap bulannya. Ada biaya angsuran rumah, wifi, termasuk untuk biaya operasional.

"Untuk menutupi biaya operasional itu, ya kami sering luntang-lantung ke sana kemari mencari tambahan biaya," ungkapnya.

Baca juga: Musisi Jalanan di Lampung Dirikan "Taman Baca Kosela"

Kemal berharap, Saung Baca ini ada untuk mencetak pendidikan yang berkualitas. Karena di matanya, pola pembelajaran di sekolah-sekolah itu kurang efektif, sebab terbatas oleh kurikulum, sehingga tidak bisa langsung terlihat hasilnya.

"Sementara di sini, anak-anak belajar dengan bertatap muka, langsung praktik dan terlihat hasilnya. Kemudian kami berikan reward juga," katanya.

Sedangkan Dina, ia berharap untuk semua dan juga pemerintah untuk bisa memperhatikan lagi terhadap rumah baca. Karena selama ini yang terjadi pemerintah hanya mempedulikan kepada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) saja, sementara untuk rumah baca jarang dipedulikan.

"Makanya ketika ada permintaan bantuan juga, mereka memberikan arahan agar saung baca ini diubah menjadi PKBM," ungkap Dina. (luthfi/kontributor/ys)

Tags:
Rumah Baca KitetiktokGenerasi TikTokKeterbatasanPerangi Generasi TikTokPerangiCandu Bermain GadgetGadget

Reporter

Administrator

Editor