JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Masalah kelangkaan pupuk bersubsidi masih menjadi perhatian anggota Komisi IV DPR RI. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mempertanyakan soal efektivitasnya.
Terkait kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dicecar habis Komisi IV DPR RI saat rapat kerja di gedung parlemen, Senin (8/2/2021).
Anggota komisi IV dari Fraksi PKS, Andi Akmal Pasluddin mengatakan, bahwa ada permainan yang menyusahkan petani kecil dalam distribusi pupuk subsidi. Akibatnya membuat pupuk subsidi langka di lapangan. Menghadapi kondisi ini, petani yang mestinya dibantu malah menjadi susah.
Baca juga: Kalangan DPR Minta Agar Distribusi Pupuk Subsidi 2021 Harus Tepat Sasaran dan Tepat Guna
Andi mengatakan, selama dua priode di Komisi II, masalah pupuk masih tidak bisa terselesaikan.
"Carut marut masalah pupuk ini terus saja terjadi. Saya berharap tahun 2021 ini masalah pupuk subsidi bisa diselesaikan," katanya tegas.
Akmal juga memaparkan, bahwa ada distributor di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang sengaja menjual pupuk subsidi hingga Rp10.000 per kilogram (kg). Harga itu jauh dari harga yang ditetapkan.
"Sumber masalah bukan cuma di Kementan, ini ada distributor juga, di dapil kami ini pak, petani dipaksa membeli pupuk subsidi Rp10.000 per kilogram, jadi kalau 50 kilogram ya Rp500.000 dia pak. Kalau tidak mau, ya nggak dapat haknya dia subsidi ini," beber Andi.
Baca juga: Persediaan Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Tangerang Langka
Andi mengatakan PT Pupuk Indonesia (Persero) selaku produsen harusnya juga menetapkan sistem pemantauan pada distribusi di lapangan.
"Ini harusnya dipantau dari Pupuk Indonesia juga, ada nggak sistem monitoring digital? Ada nggak distributor masuk penjara karena selewengkan harga pupuk subsidi," ujar Andi.
Andi mengusulkan, kalau bisa BUMDes kita saja jadi pengecer. Namun Syahrul sebaliknya mengatakan, dengan adanya subsidi pupuk sudah terlihat kenaikan produksi dari para petani dari rata-rata 4 ton per hektare, kini menjadi 5,2 ton per hektare.
"Saya kira kalau diteliti dari pupuk subsidi belum ada, hanya 4 ton per hektare, ini sudah terlalu bagus. Setelah ada pupuk ini pertumbuhannya 5,2 juta ton per hektare," ujar Syahrul. (rizal/tha)