HPN 2021, Pelabuhan Tanjung Priok Bertransformasi Menjadi Pelabuhan Digital Menuju Smart Port 

Jumat 05 Feb 2021, 20:19 WIB
Penumpang  memadati Pelabuhan Tanjung Priok, Jakatrta Utara. (dok)

Penumpang memadati Pelabuhan Tanjung Priok, Jakatrta Utara. (dok)

Sementara Capt. Mugen S. Sartoto mengatakan, perkembangan Sosial Ekonomi daerah hinterland Pelabuhan Tanjung Priok (Provinsi DKI Jakarta dan sebagian wilayah Jawa Barat) meningkatnya arus volume barang (konvensional & petikemas) dari segi kapasitasnya masih memadai. 

Namun aksesibitasnya dari dan menuju pelabuhan yang sangat rendah karena masalah kemacetan lalu lintas serta lamanya bongkar muat termasuk dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok (5,5 hari) membuat tidak efisien, dari segi biaya transport logistik menjadi lebih mahal maupun dari segi waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan bongkar muat barang. 

Berdasarkan kondisi Pelabuhan Tanjung Priok tersebut, kata Mugen, maka muncul rencana-rencana pembangunan terminal yang baru dan peningkatan dari pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada sebagai alternatif dalam peningkatan kinerja dalam pelayanan kepelabuhan.

Sementara Sabri Saiman mengambarkan kondisi jalan di Jakarta Utara menjadi macet, walaupun telah dibangun jalan Tol dan fasilitas lainnya untuk mendukung kegiatan Pelabuhan Tanjung Priok.

Oleh karena itu, Sabri menilai, perlu juga pembenahan depo-depo Container dan trucking area yang berada di daerah pemukiman penduduk.

Baca juga: Menhub Tunjuk Pelabuhan Tiga Bersaudara jadi Operator di Muara Berau

Sabri menilai, keinginan Pemerintah DKI Jakarta untuk menyatukan kota tua dan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi Haritage Port, dan hal ini akan terjadi pemindahan barang dan kapal ke Pelabuhan Tanjung Priok.

Sabri bermimpi, pemerintah ke depan dapat menyatukan moda transportasi, Laut, darat dan  kereta api.

Oleh karena itu, ia merekomendasikan kepada Pemerintah DKI Jakarta dapat merubah Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok, Sunda Kelapa dan pemindahan Depo Pertamina Pelumpang ke area Pelabuhan Tanjung Priok, yang berdampak kepada lingkungan masyarakat Jakarta Utara.

Dengan terwujudnya pemikiran diatas, Sabri berharap, terjadi transformasi pemikiran masyarakat bahwa pelabuhan sebagai pintu gerbang ekonomi bukanlah sebagai penyebab kemacetan. (ruh) 

Berita Terkait
News Update