JAKARTA - Rencana Kementerian Pertanian (Kementan) meningkatkan produksi kedelai lokal dinilai tak menyelesaikan masalah naiknya harga kedelai sekarang.
Para pengrajin tahu dan tempe meminta pemerintah untuk mengendalikan harga bahan pokok tersebut agar harga jual tempe dan tahu tak kembali melonjak.
Ketua Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta, Sutaryo mengatakan, para produsen tempe dan tahu hanya ingin pemerintah mengendalikan harga kacang kedelai.
Baca juga: Harga Kedelai Semakin Tak Terkendali, Pekan Depan Tempe Tahu Diprediksi Naik Lagi
Karena kalau hanya meningkatkan produksi kedelai lokal, itu dinilai sama saja. "Kalau langkah tersebut tepat sebagai solusi jangka panjang, saat ini yang penting kendalikan harga," katanya, Kamis (7/1).
Naiknya harga kedelai itu sendiri, kata Sutaryo, imbas dari China meningkatkan jumlah impor kedelai ke Amerika.
Pemerintah pun harus segera mengambil langkah cepat karena harga kedelai yang kini berkisar Rp9.200 perkilogram terus naik hingga akhir Februari 2021.
Baca juga: Pengrajin Tahu dan Tempe di Ciledug Tetap Berproduksi karena Telah Memiliki Pelanggan Tetap
"Sistem kunci harga, dua minggu, sebulan yang diinginkan pengrajin," ungkapnya.
Ditambahkan Sutaryo, kesepakatan dagang China yang membeli hasil panen kedelai Amerika berlangsung hingga Februari 2021 mendatang.
Dan Maret 2021 China mengalihkan pembelian kedelai ke Brazil yang termasuk satu dari empat negara penghasil kedelai terbesar di dunia.
Baca juga: Pengrajin Tahu dan Tempe Gulung Tikar, Pemerintah Diminta Menekan Harga Kedelai
"Makanya kami minta pemerintah menjaga harga kedelai dengan menekan importir kedelai tidak menaikkan harga," ujarnya.
Sutaryo menuturkan produsen tempe tahu sejak lama mendukung pemerintah mewujudkan program swasembada kedelai yang direncanakan sejak 2006. Dan kedelai lokal itu pun lebih cocok untuk bahan baku tahu.
"Namun bila stoknya melimpah bisa menjaga daya tahan pangan Indonesia," pungkasnya. (Ifand/win)
BalasBalas ke semuaTeruskan |