Dirut Perum Bulog Budi Waseso Sebut Kenaikan Harga Kedelai Akibat Ulah Korupsi Kartel

Kamis 04 Feb 2021, 21:18 WIB
Budi Waseso dalam daring. (ist)

Budi Waseso dalam daring. (ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID  - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, mahalnya harga kedelai yang kemudian berdampak naiknya harga tahu dan tempe disebabkan karena korupsi yang merajalela.

Korupsi di kedelai ini terindikasi dari panjangnya rantai kartel yang ada. "Kenapa bisa mahal? Teman-teman bisa lihat, akar masalahnya karena kartel terlalu banyak, birokrasi terlalu panjang. Satu ke satu semua pakai biaya yang kita istilahkan ini satu wujud korupsi sebenarnya. Tapi hasil atau beban korupsi dibebankan ke masyarakat/konsumen," kata pria yang akrab disapa Buwas ini pada konferensi pers..

Buwas mengatakan, faktor lainnya adalah lingkaran setan kartel-kartel importir kedelai. "Kalau kita bicara bagaimana masalah jagung atau kedelai? Ya itu akar masalahnya, ada lingkaran setan yang sulit kita basmi kecuali bersama-sama," ungkap Buwas.

Baca juga: Cegah Kemungkinan Naik Lagi pada Februari, Pemerintah Diminta Segera Kendalikan Harga Kedelai

Lingkaran setan itu berwujud distribusi kedelai yang berlapis-lapis, sehingga ongkos pengiriman kedelai tinggi, dan akhirnya masyarakat dibebani dengan harga yang mahal.

Terutama untuk produk tahu dan tempe yang selalu menjadi makanan sehari-hari rakyat Indonesia.

Di sisi lain, sebenarnya Bulog punya tugas menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga kedelai. Tugas itu tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perum BULOG Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional. Sayangnya, Buwas mengaku saat ini tugas itu tak bisa dijalankan, termasuk juga impor kedelai.

Baca juga: Harga Kedelai Semakin Tak Terkendali, Pekan Depan Tempe Tahu Diprediksi Naik Lagi 

Buwas mengatakan, para perajin tahu dan tempe seringkali menanyakan Bulog yang tak pernah mengimpor kedelai, dan segalanya dilakukan oleh importir swasta.

"Kalau secara regulasi harusnya Bulog yang punya kewenangan, padi, jagung, kedelai. Bahkan asosiasi perajin tahu dan tempe sudah ketemu saya berkali-kali. Pak Dirut kenapa tidak impor kedelai sehingga kita ini betul-betul dinaungi dan terjamin untuk produksi tahu dan tempe di seluruh Indonesia? Saya bilang maunya juga gitu, persoalannya saya tidak bisa impor kecuali ada penugasan. Nah mereka baru tahu itu bahwa Bulog tidak bisa otomatis impor, meski secara regulasi beras, jagung, kedelai itu kewenangan Bulog," papar dia.

Eks Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini sudah melapor ke Agus Rahardjo ketika masih menjabat sebagai Ketua KPK. Ia mengatakan, alasan lain yang menjadikan korupsi adalah panjangnya birokrasi di Indonesia.

Berita Terkait

News Update