Tim Densus 88 Tangkap 20 Teroris di Makassar, 2 Diantaranya Tewas Pada Penangkapan Serentak

Rabu 06 Jan 2021, 21:40 WIB
Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan. (Ilham)

Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan. (Ilham)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap total 20 teroris di daerah Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam penangkapan itu, 2 teroris tewas lantaran menyerang petugas pakai senjata tajam dan senapan angin.

Sedangkan, satu teroris lainnya berinisial I, 34 dilumpuhkan petugas. Teroris yang dilumpuhkan itu mengalami luka tembak kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Makassar. Termasuk dua teroris yang tewas, Moh Rizaldi S,46 dan Sanksi Aji, 23.

Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan mengatakan, teroris yang ditangkap tersebut merupakan kelompok Jamaah Anshari Daulat (JAD).

"Penangkapan dilakukan serentak ada 20 yang teroris yang ditangkap, 17 orang diamankan, 1 orang mengalami luka tembakan dibawa untuk dirawat di RS Bhayangkara Makassar," kata Ramadhan di Bareskrim Polri, Rabu (6/1/2021).

Baca juga: 2 Terduga Teroris Jamaah Islamiah yang Ditangkap di Lampung Masuk DPO Polri sejak 18 Tahun Lalu

Sebelumnya, Tim Densus 88 menembak mati dua terduga teroris dalam operasi penangkapan, Rabu (6/1/2021). Kedua teroris, yakni Moh Rizaldy S dan Sanjai Aji terpaksa ditembak mati, menyerang petugas pakai senjata tajam dan senapan angin di Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

"Masing-masing teroris tersebut menggunakan senjata tajam jenis parang dan senapan angin jenis PCP," kata Argo dalam keterangannya, Rabu (6/1/2021).

Dikatakan, dua tersangka merupakan pendukung ideologi khilafah. Pada 2015, mereka bersama ratusan jemaah menyatakan baiat kepada kelompok teroris ISIS di Pondok Pesantren Aridho pimpinan Basri.

Baca juga: Jejak Pelarian Profesor Teroris Upik Balaga, Mulai Jual Bebek Hingga Beli Rumah di Lampung

Adapun Basri juga terlibat dalam kasus terorisme dan telah meninggal dunia saat ditahan di Lapas Nusa Kambangan.

"Kemudian pada 2016, bersama keluarga hijrah atau bermaksud bergabung dengan ISIS di Suriah, namun dapat dibatalkan di Bandara Soekarno Hatta," tukas Argo.

Selain itu, kedua terduga teroris ini mengadakan kajian khusus pendukung daulah di Villa Mutiara dan Yayasan Aridho. Mereka juga tercatat terlibat pengiriman dana kepada pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral ZOLO Philipina.

"Mengikuti pelatihan menembak dan naik gunung pada 2020, menjadi fasilitator pelarian Andi Baso, pelaku teror bom Gereja Oukumene Samarinda pada 2017," ucap Argo. (Ilham/tha)

Berita Terkait

News Update