Jejak Pelarian Profesor Teroris Upik Balaga, Mulai Jual Bebek Hingga Beli Rumah di Lampung

Jumat 18 Des 2020, 23:48 WIB
Densus 88 saat membawa anggota teroris dari Lampung.(dok)

Densus 88 saat membawa anggota teroris dari Lampung.(dok)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID –  Teroris kelas kakap kelompok terorisme Jamaah Islamiyah (JI), Taufik Bulaga alias Upik Lawanga dikenal sebagai profesor karena ahli merakit bom high explosive hingga senjata rakitan secara manual maupun otomatis.

Selama pelariannya, Upik Lawanga berpindah-pindah tempat persembunyian ada di 25 kota.

Ia kemudian menetap di Lampung dengan membeli rumah dan membuat bungkar. Uang didapatnya dari hasil berjualan Bebek dan senjata.

Baca juga: Polri Ungkap Bunker Persembunyian Sekaligus untuk Merakit Senjata Teroris Upik Lawanga di Lampung

Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, selain ahli merakit bom dan senjata, Upik Lawanga juga memiliki kemampuan militer. 

"Dia bisa mempelajari karakteristik wilayahnya. Misalnya di Poso banyak orang menggunakan senter kalau malam untuk cahaya penerangan. Jadi yang bersangkutan membuat bomnya seperti senter. Supaya orang-orang tidak curiga," kata Argo, Jumat (18/12/2020).

Selain membuat bom senter, Upik Lawanga juga membuat bom termos. Dimana masyarakat setempat sering membawa termos ke kebun.

Baca juga: BAZNAS Dukung Polri Ungkap Kotak Amal Digunakan Untuk Pendanaan Teroris

"Dia juga bawa termos  tapi termos bom supaya orang tidak curiga. Jadi kalau dia melakukan suatu kegiatan tidak diketahui. Dia ini pinter dalam masalah itu," ujarnya.

Argo menjelaskan, terkait pendanaan kelompok JI ini ada tiga. Pertama, kotak amal yang terdaftar resmi yang dipasang di berbagai tempat atau lokasi yang mudah dilihat oleh orang.

"Ada transaksi orang, sehingga kalau ada kembalian atau apa bisa menyisihkan untuk kotak amal itu," katanya.

Baca juga: Teroris Jamaah Islamiah Berbaur ke Masyararakat Melalui Yayasan ABA Kumpulkan Dana Lewat Kotak Amal dan Infaq

Kemudian juga dari Yayasan One Care dan ini masih dilakukan pengecekan Tim Densus 88 dari mana yayasan tersebut. Ketiga, kata Argo dari anggota sendiri. 

"Anggota JI kan banyak profesinya, ada penjual bebek, pisang goreng. Jadi 5 persen disisihkan kemudian dikirim ke JI Pusat. Uang itu lah yang digunakan untuk membiayai semua jaringan dan selnya di seluruh Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan tetap," pungkasnya.

Terkait kotak amal, kata Argo pihaknya masih koordinasi dengan Departemen Agama bahwa kotak amal tersebut untuk kegiatan teroris. Sedangkan kotak amal itu dipasang atau tidak, itu dari instansi terkait.

Berita Terkait

News Update