Dendam itu bisa diturunkan ke generasi berikutnya sehingga selalu melahirkan konflik potensial bukan benar-benar selesai dengan legowo. Inilah yang saya sebut selesai tapi tidak tuntas.
Dalam penyelesaian konflik melalui senjata, misalnya antara pemerintah dengan segolongan rakyat yang menentangnya memang pihak rakyat sering kalah karena tidak punya senjata.
Tapi jika motif perlawanan mereka adalah perjuangan atas perlakuan yang tidak adil maka biasanya mereka punya semangat yang tidak pernah padam.
Di lain pihak, pemerintah sering menang karena punya senjata dan kekuasaan. Tapi pemerintah dibatasi oleh waktu. Jika waktunya habis, maka giliran mereka itulah yang akan dijadikan korban. Begitulah siklus kekerasan akan selalu terjadi.
Hal seperti itu seharusnya jangan selalu diulangi. Artinya penyelesaian konflik melalui kekuasaan dan senjata tidak akan pernah menuntaskan konflik.
Saya sudah berulang kali menulis bahwa cara terbaik menyelesaikan konflik adalah melalui cara Pancasila, yaitu Sila Musyawarah dan Mufakat.
Undanglah dan ajaklah pihak yang menentang kita itu untuk berdialog dengan kita. Dengarlah apa yang menjadi aspirasi mereka. Sebaliknya, dalam diskusi seperti itu kita juga punya kesempatan untuk menyampaikan aspirasi kita.
Saya tahu mengundang “musuh” untuk duduk bersama kita dan berunding, tidaklah mudah. Sebab selalu ada rasa berat di hati. Namun Jiwa yang besar, kata para cerdik pandai, adalah jiwa yang mampu mengalahkan ego pribadi demi kepentingan bangsa dan negara.
Jika ego masih ada rasa malu untuk mengundang “musuh” maka carilah perantara guna membantu kita untuk menghubungi “musuh” kita itu. Ya kira-kira mirip inisiatif pak JK dulu mengundang perantara dalam perundingan dan penyelesaian konflik Aceh.
Itulah anjuran yang ingin disampaikan melalui tulisan ini. Kita semua pasti galau dan jengkel melihat konflik terus dan selalu terjadi.
Di semua negara modern dan besar, warganya sangat heterogen. Banyak suku, agama, ras dsb dengan aspirasi mereka masing-masing.
Semua membutuhkan saluran penyampaian aspirasi yang harus ditanggapi secara terbuka dan adil. Sebab jika saluran itu tersumbat maka konflik pasti terjadi.