YANG lalu biarlah berlalu, menjadi kenangan, juga pelajaran. Ini adalah pesan Presiden Joko Widodo yang ditulis di Instragam pribadinya pada Selasa (22/12/2020). Presiden mengajak menatap hari esok dengan tekad, semangat dan memancang harapan baru. Di bagian lain Jokowi juga menulis ‘yang baru harus lebih baik’.
Unggahan Presiden di Instagram tersebut tidak terlepas dari resuffle kabinet yang dilakukan kepala negara. Dan ini menyiratkan harapan besar kepada 6 menteri baru yang diangkat menggantikan pejabat lama. Keenam menteri baru ini akan dilantik oleh Presiden Jokowi hari ini, Rabu (23/12/2020).
Baca juga: Beda Pemimpin Beda Kebijakan
Seperti diketahui, dua kursi menteri kosong setelah Juliari Batubara lengser dari jabatan Menteri Sosial, serta Edhy Prabowo juga turun dari kursi Menteri Kelautan dan Perikanan setelah tersandung kasus suap. Empat menteri lainnya yaitu Menteri Kesehatan, Menteri Agama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Menteri Perdagangan juga diganti.
Penggantian menteri dan bongkar pasang kabinet memang hak prerogatif Presiden. Seorang kepala negara tentu ingin para pembantunya mampu mengimplementasikan visi dan misinya. Pro dan kontra tidak bisa dihindarkan dalam sebuah kebijakan, apalagi pada pergantian menteri. Terlebih lagi beberapa menteri baru yang diangkat tidak memiliki latar belakang ilmu sesuai dengan kementerian yang dipimpinnya.
Wajar saja bila publik mempertanyakan kapabilitas pejabat yang tidak memiliki background ilmu sesuai dengan lembaga yang dipimpinnya. Karena latar belakang pendidikan, menjadi salah satu syarat yang menentukan berhasilnya mengelola kementerian yang dipimpinnya, selain juga track record di bidangnya serta kemampuan menggerakkan birokrasi.
Baca juga: Revolusi Mental Perlu Keteladanan
Dari enam nama menteri baru, nama yang cukup kontroversial adalah Sandiaga Salahudin Uno, mantan Wagub DKI dan mantan Cawapres pasangan Prabowo Subianto, yang sebelumnya menjadi lawan politik Jokowi-Ma’ruf Amin. Ditunjuknya Sandiaga sebagai pembantu Presiden, menyusul diangkatnya Prabowo Subianto menjadi salah satu menteri Jokowi. Ini membuktikan, dalam politik tak ada kawan dan tak ada lawan.
Di mata publik, siapa pun yang ditunjuk Presiden menjadi menteri, bukan dilihat dari sosok tokoh tersebut. Karena rakyat hanya ingin karya nyata para menteri untuk bangsa ini. Karenanya keraguan publik harus dibuktikan oleh menteri-menteri baru dengan prestasi. Bila tidak, adalah hak prerogratif Presiden untuk kembali mengganti pejabat-pejabat yang miskin prestasi. **