Mensiasati hal tersebut, lanjut Putri, menyarankan agar setiap orang tua bisa menahan emosi.
“Pada saat anak-anak eskalasi kemarahan umumnya sudah tinggi, berarti anak-anak sudah stres. Orangtua harus turun juga tensinya, kalau enggak nanti enggak karuan karena semua saling teriak," bebernya.
Kunci dari persoalan ini, menurut Putri adalah menekan tuntutan dalam diri sendiri.
Baca juga: Wali Kota Arief Sebut PJJ Menjadi Tantangan Baru Bagi Guru dan Siswa
“Kita jangan terlalu berat menuntut diri sendiri karena saya yakin orangtua juga banyak kegiatannya. Enggak semua orangtua beruntung bisa mendampingi anaknya di rumah karena harus bekerja,” tambahnya.
Selain pengamat Psikologis juga koordinator bidang humas Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Jakarta itu mengatakan, disaat-saat seperti ini harus lebih memperbanyak rasa humor.
“Jadi misalnya ditelpon sama guru, anaknya hilang dari zoom, tinggal dicari, ternyata lagi kabur kemana gitu. Intinya kita mungkin perlu punya rasa humor yang tinggi, jadi kita enggak terlalu stres juga,” jelasnya
Setelah itu, biasakan ajak buah hati untuk berdiskusi dengan mencoba memahami persoalan yang dihadapi.
Baca juga: Tugas PJJ Menumpuk jelang UAS, Pelajar Bunuh Diri, KPAI: Dia Terbebani
“Paling kalau saya bilang ke anak saya, nanti malam kita diskusi, kok tadi siang bisa pergi dari zoom dan sebagainya," pungkasnya.
Prinsip utama belajar, kata Putri, harusnya menyenangkan dan ini berlaku pada semua level baik itu usia dini maupun mahasiswa.
“Kalau anak enggak mau duduk diam ketika lagi belajar di zoom, saya rasa anak TK wajar, kalau masanya dia mau lari-lari ya udah gedein saja volumenya, asal dia dengar suara gurunya," imbuhnya.