Oleh Harmoko
ADA pesan moral yang kiranya patut menjadi renungan kita bersama. Pesan itu demikian: Kesalahan kita yang paling besar adalah saat kita sibuk mengurusi kesalahan orang lain.
Jika hendak dilengkapi bisa ditambahkah dengan kalimat: Sementara kesalahan kita sendiri terabaikan.
Pesan ini mengajak kepada kita untuk lebih fokus kepada diri sendiri, bukan menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk memperhatikan urusan orang lain.
Sementara orang lain yang kita perhatikan tidak pernah memperhatikan kita. Boleh jadi terlintas dalam pikirannya pun tidak.
Jika sudah demikian buat apa kita memperhatikan orang yang tidak memikirkan kita. Bukankah kita yang akan rugi.
Lebih baik gunakan waktu untuk berbuat demi kemajuan diri kita sendiri. Misalnya untuk melihat apa saja yang sudah, dan akan, kita perbuat.
Apakah yang kita kerjakan sudah baik, masih kurang, atau malah jauh dari harapan. Segeralah lakukan evaluasi untuk perbaikan diri sendiri, ketimbang mengurusi orang lain.
Apalagi hanya mencari - cari kekurangan orang - pihak lain. Sebab boleh jadi yang orang lain kerjakan justru lebih baik daripada yang kita perbuat.
Jika berbicara kekurangan, pasti selalu ada. Kalau ingin terus mencari kekurangan demi perbaikan dalam setiap urusan, hendaknya itu diterapkan untuk diri kita sendiri, bukan kepada orang lain yang tentu saja selain akan beda urusan, beda sudut pandang, beda pula target dan tujuan.
Memang sih, melihat kekurangan orang lain akan lebih mudah ketimbang melihat kekurangan diri sendiri. Begitu pula, sekecil apa kesalahan orang lain mudah terlihat, ketimbang kesalahan diri sendiri.
Sering pula dikatakan, kesalahan orang lain terletak pada mata kita, tetapi kesalahan kita sendiri terletak di punggung kita.
Dalam negara berdemokrasi, kita diminta untuk saling mengingatkan, memberi masukan dan saran demi kemajuan.
Agama juga mengajarkan untuk saling nasihat menasihati dalam kebaikan.
Ingat! Dalam kebaikan, bukan keburukan.
Maknanya menasihati bukan lantas mencari- cari kesalahan, kekurangan atau pun keburukan orang lain.
Jika itu yang dilakukan tak ubahnya memaksakan kehendak demi memenuhi hasrat pribadi.
Sementara kita tahu memaksakan kehendak bukan saja tidak sesuai dengan etika, juga tak selaras dengan pedoman berbangsa dan bernegara.
Tidak pula sejalan dengan nilai- nilai falsafah bangsa kita sejak dahulu kala sebagaimana dijabarkan pada sila kedua Pancasila, "Kemanusiaan yang adil dan beradab."
Mengapa? Jawabnya memaksakan kehendak dengan mencari - cari keburukan orang lain adalah cermin perilaku mementingkan diri sendiri. Sikap perbuatan yang akan membawa dampak buruk bagi orang lain, yang pada gilirannya akan dapat merugikan kepentingan umum.
Sebuah perilaku yang hendaknya dihindari di era sekarang ini. Era yang tengah beraneka ragam problema kehidupan sosial ekonomi, menerpa kita semua akibat dampak Covid-19.
Janganlah menambah masalah dengan mencari-cari kesalahan, keburukan dan kekurangan orang lain.
Lebih baik fokuskan energi kita untuk memperbaiki kesalahan diri kita sendiri.
Jika muncul kesadaran banyak pihak untuk memperbaiki kesalahan diri, maka sebanyak itu pula kesalahan telah terperbaiki. Dan sebanyak itu pula problema teratasi.
Mari kita perbanyak aksi mengatasi problema, bukan menambah problema. Atasi masalah, bukan sibuk mencari-cari masalah yang justru akan menambah masalah.
Mari kita mulai. Kapan lagi? (*)