Wasekjen PB PABSI, Sonny Kasiran. (kanan)

SPORT

Sentra-Sentra Pembinaan Angkat Besi Harus Diberdayakan

Kamis 19 Nov 2020, 10:37 WIB

JAKARTA - Pandemi Covid-19 membuat lumpuh semua kegiatan di Planet Bumi termasuk olahraga. IWF (international Weightlifting Federation) membuat langkah kreatif dengan melaksanakan Kejuaraan Online dengan tujuan agar semangat atlet-atlet angkat besi tidak padam.

Pandemi Covid-19 tak kunjung reda hingga IOC (International Olympic Committee) memutuskan Olimpiade Tokyo 2020 ditunda menjadi 2021. Semua Kalender Kejuaraanpun dibatalkan padahal babak Seri Kualifikasi Olimpiade Tokyo belum selesai, sedikitnya seorang atlet harus mengikuti lima kali Seri Kualifikasi, itupun masih belum tentu lolos mendapatkan kuota Olimpiade Tokyo.

Melihat gelagat Pandemi Covid-19 masih belum cepat selesai, IWF mengubah Kejuaraan Dunia Youth 11-18 November 2020 di Peru menjadi Kejuaraan Online dan Judulnyapun diubah menjadi World Cup. Kekhawatiran IWF bisa dipahami karena IOC akan selalu memantau antusiame setiap cabang olahraga untuk dipertandingkan di Olimpiade.

Baca juga: Jokowi Ingin Peta Jalan Pencalonan Tuan Rumah Olimpiade 2032 Disiapkan

Kendati demikian antusias peserta tetap tidak berubah, terbukti tercatat 425 atlet dari 62 Negara mendaftar. Setelah diverifikasi jumlah atlet turun menjadi 402 atlet.

Sistem verifikasi Pendaftaran Kejuaraan Dunia sejak 2019 dilaksanakan sangat ketat seperti: setiap atlet sudah harus memiliki Nomor ADAMS (the Anti-Doping Adminitration & Management System) ID (Nomor Identitas ADAMS) yang harus diperbarui setiap kuartal, Pendaftaran memakai Online System dll.

Karena banyaknya peserta, setiap kelas dibagi grup. Pembagian grup berdasarkan total angkatan yang didaftarkan. Indonesia berhasil menempatkan keempat lifternya di Grup A. Mendaftarkan Total angkatan memerlukan insting pelatih yang tajam karena saat pertandingan Total angkatan pertama setiap atlet tidak boleh kurang 20 Kg dari yang didaftarkan.

Adaptasi Peraturan Pertandingan Online

Pertandingan Online membuat IWF merubah Sistem Pertandingan yang masih harus diadaptasi oleh banyak negara peserta termasuk Indonesia. Bila pertandingan normal peserta akan dipanggil bergiliran dari permintaan angkatan terendah dan bisa terjadi atlet yang sama mendapat giliran berikutnya, berbeda dengan kejuaraan online yang mengharuskan atlet menunggu hingga seluruh atlet menyelesaikan angkatan pertama.

Untuk permintaan angkatan kedua dan berikutnya diberikan waktu hanya 30 detik setelah satu sesi angkatan selesai. Biasanya pelatih menunggu hasil lawan terdekat lalu saling beradu permintaan, setiap sesi angkatan diperbolehkan dua kali mengubah permintaan.

Pada Kejuaraan online tidak bisa menunggu terlalu lama terlebih pengangkat terakhir karena bila sesi berikutnya sudah berjalan tidak diperbolehkan merubah permintaan angkatan.

Baca juga: Rizky Juniansyah Sabet 3 Emas Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja Virtual

Pada Kejuaraan biasa atlet yang sudah dipanggilpun masih bisa merubah angkatan naik bila waktunya masih belum 30 detik dari pemanggilan. Setiap atlet diberikan waktu satu menit dari pemanggilan hingga barbell terangkat di atas lutut, khusus yang mengulang angkatan diberi waktu dua menit.

Untuk Kejuaraan online semua atlet hanya diberikan waktu satu menit. Perbedaan waktu juga harus cermat mengantisipasinya, salah baca jadwal bisa fatal seperti dua lawan terdekat Rizki Juniansyah dari Rusia & Belarusia tidak bisa tampil kemungkinan karena salah baca jadwal, komunikasi dengan Panitia & IWF tidak sesuai regulasi, atau koneksi jaringan internet dengan panitia tidak bagus. Dari sisi pelatih juga harus mengubah bioritme atlet-atletnya.

Atlet Youth Indonesia

Batasan Kategori Youth (Remaja) 13-17 tahun dihitung berdasarkan tahun kelahiran. Kategori Yunior 18-20 tahun, selebihnya disebut Senior.

Terbukti atlet-atlet Angkat Besi mampu bersaing dengan atlet-atlet elit dunia bila terbina dengan baik dan tidak terputus-putus. Sejak Pelatnas Asian Games XVIII 2018 Pelatnas Angkat besi berlangsung terus dengan baik hingga sekarang.

Ideal memang belum tetapi langkah Kemenpora untuk mendukung sudah sangat berarti, terbukti dari raihan prestasi-prestasi internasional yang dicapai oleh angkat besi. Beberapa sejarahpun diukir dicabang angkat besi seperti rekor-rekor Dunia dan Asia bahkan Sea Games XXX 2019 di Philipina pertama kalinya semua atlet angkat besi meraih medali dengan mengikut sertakan semua kelas yang dipertandingkan.

Baca juga: Pembangunan Tempat TC Angkat Besi Jadi Prioritas Utama, Ini Alasan Menpora

Idealnya semua kelas terisi di pelatnas bahkan tiga lapis yang berjumlah 60 atlet, 15 pelatih dan tiga kepala pelatih. Tentu saja biayanya menjadi besar, selain kapasitas tempat latihan khusus Angkat Besi belum dimiliki. Beruntung Angkat Besi mendapat dukungan dari Marinir sehingga bisa menjalankan Pelatnas dengan baik di Mess Marinir Jalan Kwini II – Jakarta.

PB PABSI mencoba menyiasatinya dengan membentuk Sentra-sentra Latihan di daerah yang diharapkan bisa menjadi miniatur Pelatnas mandiri.

Animo dan atmosfer atlet-atlet Youth bahkan pre Youth Indonesia cukup lumayan, terbukti jumlah peserta setiap kali Kejurnas Remaja jumlah pesertanya berkisar 150 atlet, mayoritas atlet berasal dari Keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan pemenuhan asupan kalori atlet angkat besi menjadi kendala bila tanpa bantuan.

Mengutip kalimat bijak “proses tidak mengingkari hasil”, semoga regenerasi atlet angkat besi Indonesia bisa berjalan dengan baik. (bu)

Tags:
Sentra-sentra Pembinaan Angkat Besiangkat besiPembinaan Angkat BesiposkotaPoskota-co-idolimpiade

Reporter

Administrator

Editor