JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenpar) menggelar program KaTa Kreatif alias Kabupaten Kota Kreatif sebagai upaya mempromosikan potensi kuliner khas daerah di Indonesia.
"Program KaTa Kreatif ini dirancang untuk membangun dan atau memperkuat ekosistem dan rantai proses sektor ekonomi kreatif di daerah, dalam hal ini di subsektor kuliner, " jelas Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif Kemenpar Selliane Halia Ishak, dalam “Webinar Jejaring KaTa Kreatif Subsektor Kuliner 2020: Berjejaring Mengantar Cita Rasa Kuliner Indonesia Mendunia.” Kamis (12/11/2020)
Menurut Selliane, selama ini keanekaragaman kuliner daerah Indonesia kurang diminati oleh masyarakat lokal maupun internasional.. Hal ini disebabkan, upaya promosi potensi kuliner daerah belum cukup memadai.
Baca juga: Kemenparekraf Dorong Strategi Industri Kuliner ASEAN
“Selain itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kurangnya promosi kuliner-kuliner Tanah Air ini. Antara lain karena ketiadaan akses pemasaran, kekurangan promosi, ketidaktersediaan makanan atau minuman di daerah lain, kurangnya standar pembuatan kuliner tersebut, kelemahan di sisi higienitas dari proses pembuatan hingga pendistribusiannya, serta penampilan kemasan yang kurang menarik,” ucap Selliane.
Selliane mengungkapkan, hal tersebut kemudian menjadi latar belakang program ini diinisiasi sejak 2016 oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang saat ini Kemenparekraf/Baparekraf.
Sebelumnya, pada 2019, program ini diikuti oleh 57 kabupaten dan kota. Dari seleksi yang dilakukan oleh Bekraf, lanjut Selliane, ada 10 kabupaten dan kota yang menyandang predikat kabupaten kota kreatif.
Baca juga: Kemenparekraf Harapkan Komitmen Berbagai Pihak dalam Program Dana Hibah Pariwisata
Sementara, pada 2020, ada 11 kabupaten/kota yang ikut serta dalam program KaTa Kreatif. Selliane menuturkan, ke-11 kabupaten/kota ini telah mengirimkan karya video mengenai potensi kuliner yang ada di daerahnya dan akan disaring hingga tersisa lima karya video terbaik untuk menyandang predikat kabupaten/kota kreatif.
“Webinar ini sebenarnya juga lebih ke arah seleksi terhadap video kuliner yang sudah dibuat oleh para peserta. Video-video yang berdurasi tiga menit ini harus mampu menggambarkan kekayaan dan keluhuran warisan kuliner leluhur setempat dalam menyiapkan dan menyajikan suatu makanan asli dari daerah sehingga tergambarkan semua aspek warisan leluhur yang mendukung boga tersebut,” katanya.
Selliane menyebutkan, proses kurasi ini juga menjadi ajang untuk mengedukasi ke-11 peserta mengenai cara membuat konten promosi kuliner yang menarik dan edukatif. Kurasi ini dilakukan oleh pakar kuliner Gupta Sitorus dan videografer Denny Setiawan.