Pakar Komunikasi ke Kementerian ATR: Hadapi Buzzer Mafia Tanah, Lawan!

Kamis 12 Nov 2020, 22:37 WIB
Pakar komunikasi politik, Emrus Sihombing. (ist)

Pakar komunikasi politik, Emrus Sihombing. (ist)

JAKARTA - Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/ BPN) Sofyan Djalil mengungkapkan soal mafia tanah yang mengerahkan buzzer untuk melawan Kementeriannya. 

Pengamat Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing menilai pengungkapan Sofyan tersebut sebagai bentuk keresahannya terhadap ulah mafia tanah yang harus diatasi. 

"Ini bagus, beliau terbuka. Kalau tidak disampaikan nanti bisa jadi gunung es. Masalah itu menumpuk. Kalau ini kan sudah dibuka, ada mafia tanah, ada penggunaan buzzer-buzzer," kata Emrus saat dihubungi wartawan, Kamis (12/11/2020). 

Baca juga: Apresiasi Polda Metro, Menteri ATR/BPN: Mafia Tanah Ganggu Proses Investasi

Emrus mengatakan, buzzer bisa membolak-balikan pesan untuk mengaburkan maksud dan tujuan, serta membuat lawan menjadi lemah. Atau dengan kata lain bisa membingkai suatu pihak dalam sengketa tanah sebagai orang yang dizolimi, korban yang dirampas tanahnya. Playing victim istilahnya.

"Mereka membolak-balikkan pesan, seolah-olah rasional, fakta. Melakukan pengemasan dan framing untuk tujuan-tujuan tertentu. Itu harus kita hadapi, lawan," tuturnya. 
 
Untuk itu, Emrus menyarankan agar Kementerian ATR/BPN mengerahkan seluruh pegawainya, terutama di daerah-daerah, bersama keluarga aktif di media sosial (medsos). Mereka harus menyampaikan penjelasan secara terang benderang, masif, terstruktur, sistematis, berkesinambungan, dan disampaikan dengan inovatif dan kreatif. 

Baca juga: Mafia Tanah Merajalela, Kementerian ATR Dorong Polri Beri Efek Jera

Penyampaian pesan itu tidak boleh berhenti. Dia mengingatkan, buzzer muncul karena ada kekosongan komunikasi. 

"Buzzer itu kan membentuk opini publik, dimodali oleh orang di belakangnya. Komunikasi harus dihadapi dengan komunikasi. Buzzer yang negatif harus dilawan dengan konten sosial media yang positif," tutur pendiri lembaga EmrusCorner ini. 

Bagaimana caranya? Jadikan perlawanan para pegawai BPN terhadap buzzer itu sebagai salah satu credit point untuk naik jabatan. 

"Penilaiannya apa? Misalnya dari follower. Kalau followernya sekian sampai sekian, ekuivalen dengan sekian nilai. Tentu kontennya juga harus positif bagi BPN," imbuh Emrus. 

Berita Terkait

Lupakan Buzzer, Saatnya Rajut Persatuan

Senin 09 Agu 2021, 06:00 WIB
undefined
News Update