“Karena saya lahir di Surabaya, istri saya orang Madiun, meski lama tinggal di Jakarta. Saya sering rindu makanan kampung halaman. Terkadang untuk menutupi kerinduan, kita berburu kuliner ke beberapa rumah makan. Saya yakin, semua orang yang hijrah dan mencari pekerjaan di Jakarta rindu makanan kampung halaman,” ungkapnya.
Pemilik Kedai Pena, Ahmad Sukarno Hamid bersama keluarga. (mia)
“Daripada bingung saya bikin sendiri bersama istri dan satu orang pegawai. It’s time for Kedai Pena, kuliner khas Jawa Timur, jadi tag line kami,” jelas Nano.
Baca juga: Pedasnya Ceker Ayam Mercon “Dapoer Rondo” Huaah..Banget
Nano memiliki alasan tersendiri kenapa rumah makannya itu dinamakan ‘Kedai Pena’.
“Proses pemilihan nama memang nggak mudah, Kita memilih nama yang orang awam mudah ingat, dan menurut kita pena cukup layak, karena semua orang butuh pena untuk menulis, semua orang butuh makan untuk hidup. Kita berharap nama Pena bisa menjadi komunikasi rasa semua orang, bukan hanya Jawa Timur tapi semua daerah. Kebetulan saya dari jurnalis dan istri dosen yang sama-sama berhubungan dengan Pena. Akhirnya kami putuskan Pena sebagai nama kedai kami. Semoga nanti bisnis kuliner bisa sukses dan memiliki beberapa cabang,” tandas Nano. (mia/ta/ys)