ADA memang orang suka takut kegelapan. Tapi jika takut kegelapan malah dijadikan ajang hubungan gelap, barulah Ny. Marginah, 28, warga Nglipar, Gunung Kidul (DIY). Tentu saja warga keberatan, dan pasangan mesum Marginah-Sambroto, 30, digelandang ke balai desa. Untung suami Ginah mau berdamai.
Meski tak dianjurkan, secara hukum agama sepupu berkahwin dibolehkan. Kenapa tak dianjurkan, sebab perkawinan yang hubungan darahnya berdekatan tak bagus untuk keturunannya. Bisa cacat, bisa lemah daya pikirnya, mungkin juga lemah syahwatnya. Tapi faktanya perkawinan semacam itu juga tak menimbulkan akibat apa. Yang jelas perkawinan keluarga dekat itu jika gagal (cerai) akan memperjauh keluarga.
Ginah dan Sambroto memang keluarga dekat, masih sepupuan atau naksanak kata orang Yogya. Sebelumnya keduanya juga tak punya pikiran ke sono-sono. Cuma sejak suaminya, Kasdi, 34, sering tugas di Yogya sampai nginep, dia titip pada Sambroto untuk menemani istrinya tidur di rumah. “Tolong dik Sambroto, mbakyumu kae yen bengi dikancani (kakakmu kalau malam tolong ditemani),” kata Kasdi dalam amanatnya.
Dalam seminggu bisa dua kali Sambroto menemani tidur Ginah. Awalnya tak ada masalah. Tapi belakangan ada setan iseng menyelinap dalam pikiran keduanya. Setan A yang masuk ke tubuh Ginah selalu menciptakan rasa dingin dan sepi karena jauh dari suami. “Obat anget kan ada didekatmu, pakai saja itu.” Kata setan sambil menunjuk Sambroto.
Sedangkan setan B yang merasuk ke tubuh Sambroto selalu membisikkan kata, “Kasihan kakak sepupumu selalu sendirian dan kesepian, kamu kan bisa bantu menghangatkan ranjangnya.” Dan Sambroto yang dasarnya lebih kuat “imin”-nya ketimbang imannya menelan mentah segala bujuk rayu setan tersebut.
Maka malam itu juga keduanya lalu tidur seranjang. Ketika anak balita Ginah sudah lelap terbuai mimpi, keduanya sibuk menyelesaikan agenda asmaranya. Sejak itu asalkan Kasdi menitipkan istrinya saat dia mau ke Yogya, jawab Sambroto semangat sekali, “Sendika dawuh kangmas.”
Lama-lama tetangga curiga akan seringnya Sambroto menemani tidur Ginah. Maka istri Kasdi itupun ditegurnya, jangan lagi menyuruh Sambroto untuk menemani tidur. Lebih baik ditemani Mbah Sastro putrid ibunya Sambroto, itu tak masalah. Tak akan menjadi sorotan publik. Tapi kata para tetangga itu hanya diiyai doang.
Kata batin Ginah, sorotan publik apaan. Memangnya dirinya seorang artis selebritis, yang kentut saja diliput? Maka dia jalan terus minta ditemani Sambroto, dan itu artinya paling tidak seminggu dua kali “disetrom” Sambodo sepupunya. Bagi Sambroto-Ginah sekarang, biarkan saja anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.
Warga yang merasa tak digubris saran baiknya mencoba mengintip apa kegiatan Ginah-Sambroto. Dan ketika rumah Ginah mendadak lampunya mati sementara rumah tetangga yang lain normal saja, dugaan mesum itu menyelinap dalam benak warga. Maka rumah Ginah segera digerebek, dan keduanya didapatkan memang tidur dalam sekamar dan seranjang.
Malam itu juga Ginah-Sambroto digelandang ke balai desa. Dalam pemeriksaan Ginah menolak tuduhan warga bahwa telah berbuat mesum.
Katanya, “Saya takut kegelapan, maka saya sering minta Sambroto menemaniku di rumah.” Tentu saja alasan ini ditertawakan warga, memangnya lampu PLN mati seminggu dua kali. Jelas ini mengada-ada.
Kasdi malam itu diminta pulang, untuk menyelesaikan kasusnya. Mau lanjut apa di SP3 saja? Karena pertimbangan pelakunya sebelah keluarga istri juga, akhirnya suami Ginah bisa memberi maaf.
Artinya skandal ini tak diproses secara hukum. Malam itu juga Pak Kades menyiapkan surat perjanjian yang harus diteken Sambroto-Ginah bahwa tidak akan mengulangi lagi. Kalau daerah lain, Sambroto bisa kena sanksi bayar denda 400 sak semen. (Tribun/Gunarso TS)