"Seandainya pun ada penawaran posisi wamen, saya kira kecil kemungkinan Andi mau menerimanya. Andi itu kelasnya menteri. Dulu dia bahkan nyaris diangkat sebagai menteri sebelum akhirnya terpental akibat intrik dari salah satu partai politik.
Kalau cuma jabatan wamen, saya kira Andi bisa dengan gampang mendapatkannya kalau saja dia mau. Hubungan persahabatnnya dengan Presiden Jokowi kan erat sekali. Mungkin dia jauh lebih dekat dengan Jokowi daripada Luhut Binsar Panjaitan. Hanya saja dia bukan tipe orang yang haus pada jabatan," katanya.
Setahu Said, diawal periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi dia bahkan sudah pernah ditawari posisi wamen. Tetapi tawaran itu dia tolak secara halus. Kalau jabatan yang ditawarkan itu strategis dan bisa menjadi alat baginya untuk memperjuangkan nasib buruh, mungkin saja dia akan pertimbangkan.
"Jadi, saya termasuk yang tidak yakin pada kemungkinan yang pertama itu. Maka, perlu juga dilihat pada kemungkinan yang kedua," katanya.
Dugaan kedua, dua jabatan wamen yang masing-masing dibentuk melalui Perpres 95/2020 dan Perpres 96/2020 tersebut memiliki keterkaitan dengan proses politik omnibus law di DPR. Ada kemungkinan, dua posisi itu sengaja disiapkan pemerintah untuk mempengaruhi parpol yang dipandang memiliki kecenderungan akan menolak pengesahan UU Cipta kerja.
"Jadi, kursi wamen itu sengaja diciptakan sebagai iming-iming belaka. Pemerintah seolah ingin memberi pesan kepada parpol: kalau ‘you’ loloskan omnibus law, kami punya dua slot kursi kosong di kementerian," katanya. (rizal/win)