JAKARTA - Mantan sutradara senior sekaligus wartawan senior, H. Syamsul Fuad mengembuskan napas terakhir di kediamannya, kawasan Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (29/9/2020).
"Bapak meninggal tadi pukul 05.00 WIB, di rumah sudah dimakamkan tadi ba'da ashar," tutur Ari, putra H. Syamsul Fuad.
Ari menjelaskan jika sang ayah tidak menderita sakit apapun, tapi memang karena faktor usia lanjut.
"Bapak tidak sakit apa-apa, hanya memang beliau sudah sepuh umur 84 tahun dan 3 hari yang lalu beliau jatuh di kamar mandi hampir 1 jam baru diketahui oleh salah seorang anaknya. Dan tadi pagi jam 5 beliau telah meninggal dunia dengan tenang dikamarnya," ungkap Ari.
Ari mengatakan bahwa H. Syamsul Fuad, dimakamkan di TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat. "Dikubur satu makam dengan ibunda kami," ungkapnya.
Militan dan Pantang Menyerah
Ari mengatakan ada sosok yang dibanggakan dari almarhum sang ayah, yakni militan dan pantang menyerah. "Semangat kerjanya walaupun usia udah lanjut masih tinggi dan nggak mau pantang menyerah," terangnya.
Baca juga: H. Syamsul Fuad Berjuang di Usia Senja
Sebagai perwakilan keluarga, Ari mengucapkan terima kasih atas perhatian keluarga, sahabat, rekan kerja dan masyarakat yang sudah mengucapkan bela sungkawa terhadap keluarganya.
"Makasih banyak atas perhatian dan doanya buat semuanya, semoga Tuhan yang maha kuasa yang membalasnya, Amin YRA," tandas Ari.
"Biang Kerok"
Almarhum merupakan sosok yang ramah, selain terkenal dengan eksistensinya di dunia hiburan Tanah Air. Sebelum terjun ke industri hiburan Tanah Air, almarhum juga merupakan seorang wartawan senior sekaligus salah satu pendiri di Harian Pos Kota sejak 1970.
H. Syamsul Fuad adalah wartawan majalah reporter, harian atau mingguan Pemuda, Harian Merdeka, Harian Warta Berita dan Mingguan Trisakti (1955-1971).
Baca juga: Syamsul Fuad Menolak Disebut Penyebab 'Benyamin Biang Kerok' Sepi Penonton
Setelah jadi figuran dalam dua film, tahun 1967 mendapat peranan pembantu dalam film 'Menjusuri Djedjak Berdarah' di mana ia dinyatakan sebagai Pendatang Baru Terbaik pada Pekan Apresiasi Film Indonesia 1967 di Jakarta.
Beberapa karyanya di antaranya film 'Bali' dan 'Kutukan Dewata'. Keduanya produksi tahun 1970, ia menjadi Pimpinan Unit. Menjadi Pembantu Sutradara sejak tahun 1970 dalam film 'Ananda' karya terakhir Usmar Ismail. Sampai tahun 1974 menghasilkan 11 buah film sebagai Pembantu Sutradara bagi Nawi Ismail, antara lain : "Banteng Betawi" (1971), "Mereka Kembali" (1972), "Biang Kerok" (1973), "Jagoan Tengik" (1974).
Baca juga: Sutradara Film 'Benyamin Biang Kerok’ Syamsul Fuad Meninggal Dunia
Menjadi Sutradara penuh sejak akhir tahun 1974 lewat film "Musuh Bebuyutan." Filmnya yang lain "Raja Lenong" (1975), "Benyamin Jatuh Cinta" (1976), "Raja Copet" (1977), "Gudang Uang" (1978), "Dukun Kota" (78) "Remaja Pulang Pagi" (78).
Di tahun 1977 ia melakukan shooting di Taiwan dan Korea untuk sebagian dari film "Pukulan Berantai". Sebagai wartawan, Fuad pernah duduk sebagai pengurus PERPEFI dari tahun 1960 hingga PERPEF1 berubah menjadi PWI seksi Film. Ia juga pernah menjabat Ketua Biro Organisasi PWI Jaya tahun 1970. (mia/ys)