Disebut 'Berguguran di Jalan Dakwah', Ini Jawaban Tegas Anis Matta

Minggu 20 Sep 2020, 02:22 WIB
Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora.

Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora.

JAKARTA – Politisi Anis Matta pernah pernah menjadi kader dan kemudian Presiden PKS. Bahkan mengantarnya menjadi Wakil Ketua DPR. Namun, Anies Matta kemudian keluar dari PKS, diikuti oleh Fahri Hamzah, dan Mahfud Sidik. Kini mereka mendirikan Partai Gelora Indonesia.

Setelah mereka keluar dari PKS, rupanya dikaitkan dengan istilah  ‘Berguguran di Jalan Dakwah’  ini mengandaikan partai yang berlatar Islam itu sebagai partai dakwah.

Pada Kamis (10/9/2020) lalu, Ketua Umum Partai Gelormbang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menjadi narasumber di acara Ngeshare (Ngaji Syar'ie) bareng Ustadz Fahmi Salim.

Di ujung acara, Ustadz Fahmi Salim menanyakan pertanyaan tentang sebutan 'Yang Berguguran di Jalan Dakwah', yang kerap dituduhkan kepada mantan Presiden PKS Anis Matta dkk, karena sudah meninggalkan atau keluar dari Partai Dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Bagaimana pak Anis jika disebut orang yang berguguran di jalan dakwah?" tanya Ustadz Fahmi Salim.

Anis Matta menjawab blak-blakan. "Saya tidak pernah men-sakralkan lembaga. Saya dulu bergabung dengan PKS semata-mata karena Cita-cita. Cita-cita yang sama juga yang membuat saya mendirikan Partai Gelora, ketika saya merasa bahwa di tempat yang lama cita-cita ini, tidak bisa kita wujudkan." 

Menurut dia,  tidak boleh ada upaya untuk men-sakralkan sebuah lembaga, apalagi itu organisasi politik dengan cara membatasi perbedaan pendapat dalam perjuangan. 

Sebab, organisasi tersebut adalah sarana untuk mencapai tujuan, meskipun cara yang dilakukan berbeda-beda.  

"Sebenarnya kita ada jebakan besar bagi kaum Islamis (Harakah Islam) yaitu Sakralisasi Lembaga atau taqdisul wasail (meng-qudus-kan sarana). Janganlah kita mengubah apa yang merupakan sarana (lembaga/organisasi/partai) menjadi tujuan. Itu tidak boleh," kata Anis Matta dalam keterangannya, Sabtu (12/9/2020).

Anis Matta menilai, perbedaan pendapat dalam sarana perjuangan adalah hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan jika melihat-lihat sejarah, maka perbedaan pendapat juga terjadi di masa Khulafaur Rasyidin.

Tetapi perbedaan pendapat yang terjadi di PKS, tidak se-dahsyat yang terjadi di masa Khulafaur Rasyidin yang melahirkan serangkaian perang. 

"Kalau kita kan lebih kecil dari situ. Jadi, sebenarnya saya tidak terganggu dengan istilah-istilah 'Yang Berguguran di Jalan Dakwah', karena itu penempatan yang salah," katanya

Anis Matta menegaskan, mensakralkan sarana  perjuangan  adalah bahaya besar bagi umat Islam dalam mencapai tujuan bernegara.

"Dan salah satu yang perlu saya garis-bawahi tebal adalah: mensakralkan sarana adalah bahaya besar yang mengancam kaum Islamis. Pada dasarnya yang lebih penting bagi kita, adalah pertanggungjawaban pribadi kita kepada Allah SWT," katanya. 

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia menegaskan,  Indonesia sebagai bangsa saat ini sedang menghadapi masalah besar krisis berlarut akibat pandemi Covid-19. 

Sehingga tidak perlu berpikir untuk mensakralkan lembaga atau organisasi. Sebaliknya, justru harus berpikir bagaimana mencari solusi atau jalan keluar dari krisis berlarut saat ini.  

"Kita ini sedang menghadapi masalah besar, jangan dihadapi dengan otak kecil," sindir Anis Matta. (*/win)

News Update