Otak Yang Mahal

Minggu 16 Agu 2020, 04:47 WIB

Secara sederhana tenaga kependidikan memang seperti hanya membuang waktu. Pagi-siang-sore berdiri di depan kelas. Kalau tidak mengajar, mereka membaca buku atau menulis. Atau meneliti di laboratorium dan ke lapangan. Jadi tidak menghasilkan uang malahan menghabiskan uang. Mahluk seperti itu dianggap tidak layak diberi gaji yang tinggi.

Tapi yang waras, berpikir lain. Kata mereka, kita bisa menjadi seperti sekarang karena jasa guru dan dosen. Perkembangan Ilmu pengetahuan adalah jasa para peneliti dimana dosen juga termasuk di dalamnya. Jasa seperti itu tidak bisa diukur dengan duit. 

Ini berbeda sekali dengan kehidupan para tenaga pendidik dan peneliti di negara-maju. Mereka benar-benar dapat mencurahkan tenaga dan pikirannya ke bidang pendidikan, pengajaran, dan penelitian tanpa memikirkan mencari penghasilan tambahan karena gajinya sangat mencukupi.

Sebagai akibatnya, bidang pendidikan dan penelitian di negara mereka maju sangat pesat dan dengan demikian mampu membawa modernitas bagi negara dan bangsanya. Kemajuan ekonomi, industri dan iptek adalah hasil kerja mereka itu. 

Karena gaji dan fasilitas para pendidik dan peneliti sangat diperhatikan dan dihargai maka otak bangsa mereka berkembang pesat. Tapi akibatnya harga otak mereka murah. Sebaliknya otak kita menjadi mahal harganya karena jarang dipakai. Hehe maaf nih, guyon aja kok.

(Prof Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta).

BalasTeruskan

News Update