Sementara itu Sati (55) ibu Iki, anak bungsu dari tujuh bersaudarai ini sudah ditinggal meninggal bapaknya Harun semenjak kelas 2 SD atau tepatnya tahun 2012.
"Alhamdullilah ada pikiran anak untuk berkurban membuat bangga hati orang tua. Terbilang usia Iki masih anak-anak tapi apa yang direncanakan untuk berkurban keluar dari ide anaknya tersebut,” ungkapnya.
Menurutnya, ini kurban yang kedua dilakukan anaknya . Yang pertama tahun 2019 cuma bisa satu sapi, tahun ini Iki bisa mengajak orang lain untuk berkurban.
"Tahun ini ada 4 ekor sapi yang dikurban dan sudah direncanakan juga. Kalau tahun sebelumnya spontan," bebernya.
Sehari-hari Iki menurut Sati dikenal sebagai tipikal anak yang suka menyisihkan uang jajan untuk kepentingan sendiri.
"Anak bungsu saya Iki orangnya suka nabung dan tidak suka berfoya-foya,"tutupnya.
Sementara itu guru Iki dari TPA Al-Ishlah (Masjid As- Salap), Wahyu Hidayat (61), menambahkan bangga atas perbuatan anak muridnya tersebut, yang diusia remaja sudah terpikirkan untuk berkurban.
"Sebagai anak yang mau beranjak remaja Iki anak muridnya dikenal sebagai murid yang baik dan pintar. Sehingga dapat ditiru bagi anak-anak lain untuk sejak dini ditanamkan niat berkurban sesuai ajaran agama Islam bagi yang mampu," tutupnya. (angga/tri)