BUKAN perkara mudah dan tanpa risiko menjadi driver ojek online (ojol) wanita atau biasa disebut ladyjek untuk berjibaku mengumpulkan rupiah dari calon konsumen yang akan menggunakan jasanya. Kendala terberat yang dirasakan ladyjek satu ini adalah godaan bahkan pelecehan dari konsumen pria.
Setelah dua tahun bertahan ngojol dengan mengangkut penumpang, Adellia akhirnya tak kuat dan memilih untuk hanya menerima order antar barang atau makanan.
“Macam macam, Mas. Namanya juga cowok. Lihat driver cewek mulai dah genit,” tutur gadis 21 tahun ini.
Sebagai sulung dari tiga bersaudara, perlakuan genit bahkan pelecehan baik verbal maupun nonverbal nyaris dialami gadis asal Bogor ini. “Tapi tidak sedikit custumer pria yang baik dan santun,” paparnya lagi.
Dijelaskan Adel, demikian sapaan wanita berambut hitam sebahu ini, pengalaman yang paling sering dilakukan custumer cowok adalah percakapan yang menjurus seperti soal pacar, nomor telpon bahkan yang aneh aneh seperti mengajak ngamar alias check in. "Tapi tidak pernah saya tanggapi. Selalu saya alihkan ke perbincangan lain,” pungkasnya.
Adel bukannya tidak tahu akan risiko itu jika dirinya menjadi ladyjek. Namun keadaan yang memaksa ia terpaksa harus menempuh pekerjaan yang didominasi kaum adam itu.
“Saya anak pertama, adik saya ada dua dan masih SD yang harus membutuhkan biaya. Sementara orang tua sudah lansia,” tuturnya.
Oleh sebab itu setelah tamat SMA gadis ini memilih bergabung menjadi driver ojol. ”Ditambah ajakan teman saya yang kebanyakan cowok. Hitung-hitung sambil menunggu kerjaan yang cocok lah mas,” katanya.
Kini Adel mengaku merasa lebih nyaman setelah tak lagi mengambil order penumpang terutama dari pria. ”Sekarang saya pilih antar barang atau makanan, walau ada juga sih custumer yang resek apalagi kalau yang order cowok, pasti dah urusannya gitu lagi,” ucapnya seraya tersenyum. (yahya/ys)