MESKIPUN terkenal bau, namun banyak orang yang gemar makan olahan Jengkol. Terlebih, Jengkol dapat diolah menjadi berbagai masakan yang enak disantap.
Bagi anda pecinta Jengkol, bisa datang ke Republik Jengkol untuk mendapatkan sensasi nikmat makan Jengkol tanpa takut bau setelahnya.
Fatoni (50), pemilik Republik Jengkol bercerita, usaha rumah makan miliknya dibangun karena sang istri begitu menyukai Jengkol. Padahal, pria asal Jogjakarta ini sangat anti Jengkol. Namun melihat istrinya begitu menikmati, dirinya mulai penasaran. Belum lagi begitu tahu manfaat dari jengkol.
Pada 2012 silam dirintislah Rumah Makan Republik Jengkol, di Jalan Kerja Bakti Nomor 16, Kramat Jati, Jakarta Timur. Memanfaatkan banyak rempah-rempah, akhirnya, Fatoni dapat mengolah Jengkol tak bau dan nikmat.
“Yang saya pakai itu untuk menetralisir (kandungan zat kapur), salah satunya Daun Salam. Sedangkan baunya cukup Daun Jeruk dan Serai. Saya juga sudah paham Jengkol yang tua dan bentuknya bulat bulat yang bagus. Karena kalau gepeng agak pahit,” ujar Fatoni ditemui di rumah makannya, Kamis (2/7/2020).
Proses pembuatan Tongseng Jengkol, salah satu menu andalan di Republik Jengkol. (firda)
Begitu menemukan racikan yang pas agar Jengkol yang dimasak tak bau dan empuk, kemudian Fatoni mulai membuka Republik Jengkol. Saat awal dibuka, menu yang disajikan adalah Nasi Goreng Jengkol.
Meski sempat ditertawakan, namun Nasi Goreng Jengkol buatannya laris manis. Kemudian ia mulai menambah menu jengkol lainnya, yakni Tongseng Jengkol, Balado Jengkol, Jengkol Lada Hitam, Semur Jengkol dan lainnya.
Jengkol Balado khas Republik Jengkol. (firda)
Fatoni menyebut, Tongseng Jengkol, Balado Jengkol dan Jengkol Lada Hitam merupakan menu favorit di Republik Jengkol.
Menurutnya, cita rasa dan resepnya yang merupakan kreasi sendiri, membuat jengkol di Republik Jengkol disukai lantaran memiliki cita rasa yang khas.
“Kita menyuguhkan jengkol kualitas bagus dan resep saya juga resep sendiri. Termasuk balado itu rasanya beda sama balado jengkol lainnya,” kata Fatoni.
“Intinya, makan jengkol di sini lebih aman, karena sampai buang air kecil nyaris enggak bau,” serunya.
Jengkol Lada Hitam khas Republik Jengkol. (firda)
Normalnya, dirinya bisa menghabiskan 30 kg Jengkol untuk dimasak setiap hari. Tetapi semenjak Pandemi Covid-19, hanya 20 kg Jengkol bahkan bisa untuk 2-3 hari produksi.
“Jujur, semenjak Covid-19 ini memang kita parah (omset menurun). Biasanya 30 kg jengkol sehari, sekarang 20 kg jengkol buat 2-3 hari. Memang mulai bulan puasa udah ada peningkatan lagi, tapi masih belum stabil,” tandas Fatoni. (firda/ta)