ilustrasi

Kriminal

Fenomena Gantung Diri Akhiri Hidup, Ini Kata Pakar Psikologi Forensik Kotak Masuk x

Jumat 12 Jun 2020, 10:20 WIB

JAKARTA - Kasus gantung diri seminggu terakhir menjadi fenomena masyarakat Jabodetabek,  untuk mengakhiri hidup ditengah persoalan yang dihadapinya. Pemicunya tak lepas dari keributan dan permasalah ekonomi.

Seperti kasus ayah gantung diri setelah membunuh dua anak laki-laki-nya yang berusia 13 dan 3 tahun dirumahnya kawasan Balaraja, Tangerang Kota, Kamis (11/6/2020).

Sehari sebelumnya, pada Rabu (10/6/2020) di kawasan Bogor, Jawa Barat, seorang Insinyur juga gantung diri lantaran tidak digaji selama 3 bulan.

Melihat fenomena ini, pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan Investigasi perlu disandarkan pada three level analysis. 

Baca juga: Kasus Ayah dan 2 Anaknya Tewas dalam Rumah di Tangerang, Polisi Tunggu Hasil Autopsi

"Pertama, pemicunya apakah keributan terakhir antara pelaku dan istri; perilaku anak-anak selaku korban, sesaat sebelum mereka dihabisi; serta ada tidaknya konsumsi obat-obatan yang menghilangkan kesadaran sesaat sebelum aksi pembunuhan dilakukan," kata Reza, Kamis (11/6/2020).

Kedua katanya adalah pembiasaan, yakni misalnya kemelaratan secara ekonomi atau konflik berkepanjangan.

Dan yang mendasar ujar Reza, gangguan pengendalian emosi seperti kecerdasan yang kurang atau masalah kejiwaan serius. "Cek juga kemungkinan guncangan emosional yang ekstrim. Pembelaan diri semacam itu terpenuhi jika aksi didahului provokasi eksternal. Bisa dari anak-anak, maupun dari istri atau pihak lainnya," ucap Reza.

Baca juga: Sadis, Ayah dan Dua Anak Ditemukan Tewas di Dalam Rumah di Tangerang

Jika provokasi datang dari anak-anak, menurut Reza, maka anak-anak merupakan sasaran aktual. "Jika provokasi dari istri, maka anak-anak adalah sasaran pengganti atau displacement," tukasnya. "Selain itu, tidak ada atau sangat dekat jarak waktu antara provokasi eksternal tersebut dan aksi pembunuhan atau no cooling-off period, juga perlu diamati," sambung Reza.

Dikatakan, data WHO menyebutkan Per tahun ada 10,5 kasus per 100 ribu orang. Sebelum pandemik Covid-19, masyarakat Indonesia khususnya Jakarta sudah berhadapan dengan pandemik bunuh diri. "Dan di balik bunuh diri ada pandemik masalah kejiwaan yang serius," pungkas Reza.

Kejahatan meninggi tersebut terdapat pada KDRT, anak, pengangguran, hingga konsumsi pornografi. Itu pertanda ada beban psikis yang tidak enteng akibat wabah virus Corona.

"Nah, seberapa jauh kemampuan kita dalam menyikapi pandemik-pandemik sertaan itu? Yang seram, di Amerika sudah ada dokter yang bunuh diri akibat keletihan luar biasa saking banyaknya pasien yang harus dilayani," katanya.

"Semoga tidak terjadi di sini. Apa pun alasannya, bunuh diri adalah salah. Merugikan diri sendiri dan orang banyak. Jangan ditiru. Cari pertolongan," sambung Reza. (ilham/tri)

Tags:
fenomenagantung diriakhiri hiduppakarpsikologiforensik

Reporter

Administrator

Editor