Bak Jatuh Tertimpa Tangga, Begini Nasib Korban Kebakaran Permukiman Padat di Tambora

Selasa 19 Mei 2020, 15:35 WIB
Situasi pengungsi di Musholla Al-Falah, Tambora, Jakarta Barat. (firda)

Situasi pengungsi di Musholla Al-Falah, Tambora, Jakarta Barat. (firda)

JAKARTA - Seusai salat subuh, Mila (25) dikejutkan oleh suara percikan seperti kembang api dari arah luar kontrakan yang dihuninya.

Begitu warga RT 02 RW 03 itu keluar kontrakan, Ia melihat api sudah membumbung tinggi di kejauhan. Panik, Ia pun segera meraih ponsel dan dompetnya, lalu menyelamatkan diri.

"Saya sudah gak ada pikiran apa-apa, langsung ambil handphone, dompet, terus keluar nyelamatin diri. Takutnya kan gak keburu, nyelamatin diri aja. Karena kejadiannya cepat banget," ujar Mila ditemui di Musholla Al-Falah, Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, Selasa (19/5/2020).

Ia mengaku tidak tahu penyebab kebakaran pagi tadi terjadi. Namun Ia menduga, kebakaran itu disebabkan oleh aliran pendek listrik atau korsleting dari salah satu rumah di kawasan RT 13 RW 03.

Lantaran di sana kawasan padat penduduk, jarak antara rumah juga sangat rapat, alhasil api menyambar begitu cepat. Sebanyak 102 rumah pun hangus terbakar.

"Di sana kan emang rumah pada rapat-rapat banget. Jadi cepet banget nyambernya," sambungnya.

DIRUMAHKAN

Bak habis jatuh tertimpa tangga, Mila mengaku baru pindah ke kontrakan di sana dua pekan lalu pasca dirumahkan oleh bosnya. Pasalnya, rumah makan tempat Mila bekerja ditutup semenjak sepi beli karena adanya pandemi Covid-19.

Baca jugaDiduga karena Korsleting, Kebakaran di Kawasan Padat Penduduk Tambora Melahap 102 Rumah

Ia pun memutuskan untuk tinggal di rumah kontrakan tersebut sambil mencari pekerjaan baru di Jakarta. Namun belum juga mendapatkan pekerjaan baru, Mila harus kehilangan tempat tinggal dan barang berharga lainnya, akibat kebakaran pagi tadi.

"Saya pindah ke kontrakan itu karena tadinya tinggal di warung makan itu kan. Tapi pas warung ditutup ya sudah saya cari kontrakan. Maksudnya kan mau cari kerjaan baru juga. Eh baru dua minggu pindah, ternyata malah kebakaran," kata Mila.

"Semua barang dan pakaian saya habis terbakar. Sekarang mau nyari kerjaan baru bingung soalnya baju gak ada, masa pakai kaos," sambungnya.

Sementara waktu, Ia memilih untuk mengungsi ke kontrakan salah seorang temannya. Ia mengaku tidak berani jika harus tidur di posko bersama dengan orang-orang lainnya di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang. Terlebih, tempat pengungsian cukup ramai diisi oleh para pengungsi.

"Saya gak berani lagi kayak gini terus tidur ramai-ramai. Kita kan gak tahu juga orang itu sehat apa bawa virus. Jadi saya sementara tinggal sama teman dulu aja, kebetulan juga dia mau nampung," ungkapnya.

INGIN MUDIK

"Sebenernya sih mau pulang kampung tapi gak ada dana. Duit aja tinggal Rp130 ribu, Ongkos pulang ke kampung aja Rp700 ribu," lanjutnya.

Baca jugaPasca Kebakaran di Tambora, Ratusan Warga Kehilangan Tempat Tinggal

Sementara itu, Junia atau yang akrab disapa Enjun (45), mengatakan, ia dan suaminya memilih untuk tinggal di posko sementara waktu. Ia berharap, ada bantuan berupa uang yang diberikan sehingga bisa digunakan untuk mencari hunian baru.

"Kalau boleh milih, kita lebih milih bantuan uang. Kan kalau uang bisa digunakan sesuai keperluan kita. Bisa untuk cari kontrakan baru, bisa untuk pulang kampung, ya sesuai kebutuhan masing-masing," papar Enjun.

"Kalau bantuan makanan gitu, yah kita lagi puasa, makan mah bisa ditahan lah," imbuhnya seraya tersenyum.

Sebelumnya, sebanyak 102 rumah di permukiman padat di kawasan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, hangus dillalap si jago merah.

Akibatnya, sekitar 700-an warga harus rela kehilangan tempat tinggal dan mencari tempat pengungsian sementara. (firda)

News Update