"Semua barang dan pakaian saya habis terbakar. Sekarang mau nyari kerjaan baru bingung soalnya baju gak ada, masa pakai kaos," sambungnya.
Sementara waktu, Ia memilih untuk mengungsi ke kontrakan salah seorang temannya. Ia mengaku tidak berani jika harus tidur di posko bersama dengan orang-orang lainnya di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang. Terlebih, tempat pengungsian cukup ramai diisi oleh para pengungsi.
"Saya gak berani lagi kayak gini terus tidur ramai-ramai. Kita kan gak tahu juga orang itu sehat apa bawa virus. Jadi saya sementara tinggal sama teman dulu aja, kebetulan juga dia mau nampung," ungkapnya.
INGIN MUDIK
"Sebenernya sih mau pulang kampung tapi gak ada dana. Duit aja tinggal Rp130 ribu, Ongkos pulang ke kampung aja Rp700 ribu," lanjutnya.
Baca juga: Pasca Kebakaran di Tambora, Ratusan Warga Kehilangan Tempat Tinggal
Sementara itu, Junia atau yang akrab disapa Enjun (45), mengatakan, ia dan suaminya memilih untuk tinggal di posko sementara waktu. Ia berharap, ada bantuan berupa uang yang diberikan sehingga bisa digunakan untuk mencari hunian baru.
"Kalau boleh milih, kita lebih milih bantuan uang. Kan kalau uang bisa digunakan sesuai keperluan kita. Bisa untuk cari kontrakan baru, bisa untuk pulang kampung, ya sesuai kebutuhan masing-masing," papar Enjun.
"Kalau bantuan makanan gitu, yah kita lagi puasa, makan mah bisa ditahan lah," imbuhnya seraya tersenyum.
Sebelumnya, sebanyak 102 rumah di permukiman padat di kawasan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, hangus dillalap si jago merah.
Akibatnya, sekitar 700-an warga harus rela kehilangan tempat tinggal dan mencari tempat pengungsian sementara. (firda)