Kenaikannya pun tak tanggung-tanggung, hampir 50 persen dari iuran BPJS Kesehatan di bulan April 2020. Melihat kenaikan iuran ini di tengah pandemi Covid-19 tidak sedikit masyarakat yang keberatan.
Alasannya, naiknya iuran BPJS Kesehatan ini otomatis membuat mereka harus merogoh kocek makin dalam untuk membayar iuran tersebut tiap bulannya.
Salah satunya ialah Diah Diningrum (25). Ia mengatakan, dirinya menggunakan BPJS Kesehatan Klas II. Ia mengaku keberatan jika iuran BPJS Kesehatan harus kembali naik per Juli 2020 nanti.
Menurutnya, kondisi ekonomi yang serba sulit seperti sekarang ini tentu akan membebani dirinya dan keluarga jika harus membayar iuran BPJS dua kali lipat dibanding sebelumnya.
Terlebih usaha bengkel yang keluarganya geluti sedang tidak stabil seperti sekarang ini. "Keberatan kalau iuran naik saat pandemi kayak gini. Meskipun mungkin bulan Juli sudah lebih baik kondisinya (ekonomi), tetep aja keberatan. Soalnya iuran naik tapi fasilitas juga gini-gini aja," seru Diah kepada poskota, Rabu (13/5/2020).
Senada dengan Diah, Nur Indah yang sehari-harinya menjual pakaian melalui pasar daring juga keberatan dengan naiknya iuran tersebut.
Ia mengungkapkan, sejak pandemi Covid-19 penghasilannya semakin tidak menentu. Jangan kan memikirkan untuk membayar iuran BPJS Kesehatan, menurutnya, untuk makan sehari-hari saja sudah sulit.
"Berat kalau tiap bulan bayar Rp. 100 ribu, apalagi saya ga sendiri, harus bayar BPJS suami dan anak saya. Rp. 100 ribu kali 3 aja udah Rp. 300 ribu kan, berasa juga kalau tiap bulan bayar segitu," katanya.
"Walaupun penghasilan ga nurun juga kenaikannya angka segitu lumayan. Namanya usaha penghasilan nggak nentu. Berasa kalau bayar segitu. Sedangkan frekuensi penggunaannya nggak tiap saat," tandas Nur. (firda/win )