"Kalau pemerintah mau bantu ya warga sangat bersyukur sekali. Karena saat ini sudah pada capek semua," tuturnya.
Lain lagi dengan Puput (35), warga RW 02 Kampung Arus lainnya, yang mengaku ketiadaan bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah dari petugas gabungan.
Padahal pamor Kampung Arus sebagai wilayah rawan banjir di Jakarta Timur setara dengan Kampung Pulo, Kebon Pala, dan wilayah lain. "Ya mau gimana lagi, masa kita harus teriak-teriak buat minta bantuan," imbuhnya.
Menurut Puput, mustahil bila Pemprov DKI Jakarta tak tahu warga Kampung Arus terdampak banjir luapan Kali Ciliwung yang tak henti usai. Meski beberapa kali ada petugas dari kelurahan datang, namun itu hanya sekedar untuk keperluan laporan.
"PPSU cuma foto-foto doang, enggak bantu bersih-bersih. Mungkin karena dipikir warga sini cuman tinggal sedikit, kebanyakan sudah pindah," kata Puput.
Puput menambahkan, sejak awal tahun 2019, mayoritas warga Kelurahan 02 pindah karena rumahnya sudah dibeli satu pengembang swasta untuk proyek. Status warga di RT 09, RT 11, dan RT 12 bahkan ibarat 'hantu' karena tak memiliki Ketua RT sehingga persoalan administrasi diselesaikan Ketua RT 10.
Deretan rumah kosong dengan kondisi mengenaskan karena diterjang banjir tampak jelas saat memasuki permukiman RW 02. Hal ini berbeda saat penanganan banjir dulu, yang setiap banjir selalu ada perhatian.
"Dulu dari mulai bantuan makanan, bersih-bersih ada semua. Tahun ini enggak ada, makanya lumpur menumpuk," ujarnya. (Ifand)