SIAPA sangka dibalik wajahnya yang cantik dan tutur sapanya yang lembut, dara yang satu ini ternyata adalah seorang pendekar silat yang memiliki segudang prestasi. Atas prestasi yang diraihnya itu, Puspa Arum Sari demikian nama pesilat DKI tersebut, mampu menjadi seorang miliarder.
Puspa, begitu biasa dia dipanggil, saat ini sedang membangun di atas sebidang tanah di daerah Cipayung yang dibelinya seharga Rp800 juta. Uang itu ita kumpulkan dari hasil bonus yang diraihnya atas keberhasilan meraih juara seperti medali emas SEA Games 2019 Manila, Filipina, medali emas Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, medali emas Kejuaraan Dunia
2016 Bali dan sejumlah gelar juara lainnya yang dia lupa menyebutkan satu persatu saking banyaknya.
“Iya sampai lupa juara dimana saja di turnamen single event,” tawanya saat bincang-bincang di Gedung KONI DKI Jl. Tanah Abang 1, beberapa waktu lalu.
Dari sekian banyak uang yang dikumpulkannya Puspa telah mampu memberangkatkan ibunya ke Tanah Suci untuk beribadah haji. “Kalau bapak sekarang masuk dalam daftar waiting list. Alhamdulillah kalau untuk keluarga sudah saya berangkatkan umrah,” tutur dara kelahiran 10 Maret 1993.
Lulusan D3 Desain Grafis Politeknik Negeri Jakarta mengaku memang mempunyai cita-cita untuk memberangkatkan seluruh anggota keluarganya naik haji. “Alhamdulillah apa yang saya impikan mulai terwujud,” ungkapnya.
Puspa memang sudah begitu mahir memainkan jurus-jurus pencak silat nomor seni. Berkat kemahirannya itu pula, wanita kelahiran 10 Maret 1993 ini sudah berkali-kali mengharumkan nama bangsa di ajang multi event tingkat Asian Tenggara, Asia, maupun dunia.
Dua Kali
Untuk kancah Pekan Olahraga Nasional (PON) anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yayat KS dan Imas SM ini sudah dua kali memperkuat kontingen DKI Jakarta. Pada PON XVIII/2012 Riau, Puspa meraih medali perak dan pada PON XIX/2016 Jawa Barat meraih medali emas.
Mengawali kariernya sebagai atlet pencak silat dari ikut-ikutan sang kakak, akhirnya membuat Puspa jadi ketagihan latihan pencak silat di perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Dari kesungguhannya berlatih, akhirnya Puspa menatap masa depan dengan menjadi atlet pencak silat sejati.
“Semula tidak sengaja ikut-ikutan Kak Ferry Ferdian, kakak saya yang juga atlet pencak silat latihan. Lama-lama ketagihan, kemudian diseriusin aja. Ngga nyangka juga akan sampai sejauh ini,” katanya.
Sepanjang kariernya di dunia persilatan, pengalaman yang paling berkesan dalam penampilannya saat bertanding justru bukan di ajang paling bergengsi kejuaraan Dunia atau Asian Games. Melainkan ketika turun membela DKI di PON XIX/2016 Jawa Barat. Karena saat itu tekanannya sangat kuat.
“Saat itu yang dihadapi bukan hanya suasana penonton yang mendukung tuan rumah, tapi ada hal-hal magis yang dihadapi saat mau masuk lapangan. Menjelang tampil di final itu saya seperti kehilangan fokus, dan sempat menangis dihadapan pelatih. Saya disuruh berdoa oleh pelatih, dan fokus pada pertandingan. Alhamdulillah saya bisa tampil baik dan meraih medali emas. Sedangkan medali perak jatuh ke tangan atlet tuan rumah,” kenangnya.
Puspa tergolong cukup berhasil antara pendidikan dan prestasi berjalan beriringan.Menempuh Pendidikan di SMP Negeri 295 Jakarta Timur, kemudian Puspa hijrah ke PPLP Rahunan pada 2008. Tamat SMP Puspa juga melanjutkan SMA di tempat yang sama sehingga antara pendidikan dan latihan silat dapat dilakoni secara bergantian jamnya.
“Beruntung saya dapat menyelesaikan Pendidikan SMA sesuai waktu tiga tahun. Kemudian saja melanjutkan kuliah di Politeknik Negeri Jakarta. Nah, dengan profesi sebagai atlet saya banyak mendapat dispensasi kuliah. Datang terlambat pulang bisa lebih awal,” gelaknya.
Tapi, katanya, dispensasi yang diberikan kampus dapat dipertanggungjawabkannya dengan prestasi. Artinya ia tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan pihak kampus kepadanya untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya membela nama bangsa di kancah internasional lewat pencak silat.
Ia kini tengah bersiap-siap untuk membela DKI di ajang PON Papua 2020. Dara yang masih melajang ini berharap bisa mempertahankan medali emas yang direbutnya pada Tahun 2016 di Bandung. (buhari/yp)