Sebelumnya, pihak kampus juga telah mewanti-wanti agar semua mahasiswa tetap menjaga kesehatannya. Diantaranya dengan tetap memakai masker, mencuci tangan dengan antiseptik, hingga menghindari makanan daging untuk sementara waktu. Oleh karena itu, persediaan makanan dengan bahan sayur-mayur lebih mendominasi asrama mereka.
"Kita memang dianjurkan makan sayur, jangan makan daging dulu. Kesehatan juga diperiksa pakai termometer, sekali dalam dua hari," kata Almer yang hendak memasuki semester dua ini.
"Ibu terus mengecek keadaan saya. Kami Video Call setiap hari,"ujarnya.
Pihak KBRI Indonesia menurut Almer, sempat memberikan bantuan uang sebesar 280 yuan atau Rp548 ribu kepada para mahasiswa yang masih bertahan.
Bantuan itu untuk mengantisipasi persediaan makanan selama para mahasiswa menunggu proses evakuasi. Hanya berselang tiga hari kemudian, mereka akhirnya dievakuasi pihak pemerintah Indonesia.
Saat di karantina, Almer mengaku, rajin berolahraga. Pemeriksaan kesehatan rutin tiga kali dalam sehari dilaksanakan selama masa observasi.
"HP dikumpulkan selama masa observasi. Sempat jenuh. Saya masih menunggu waktu untuk kembali lagi kuliah ke Wuhan. Sembari menunggu aktivitas di Wuhan kembali normal. Sekarang saya belajar online," tandasnya.
Ibunya, Diana, juga sangat bersyukur dengan kondisi anaknya yang dinyatakan negatif Virus Corona.
"Saya lebih susah komumikasi dengan anak saya waktu di Natuna, dibanding waktu di Wuhan. Ya karena saya harus menunggu dia yang menelepon, menyesuaikan dengan jadwal kosongnya," ujar Diana. (yopi/tri)