MEDAN - Hujan deras yang mengguyur di kota Medan dan sejumlah daerah di Sumatera Utara (Sumut), Selasa (28/1/2020) malam, mengakibatkan banjir bandang dan menelan korban jiwa 7 orang meninggal. Di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumut, banjir bandang melanda daerah itu.
Sebanyak tujuh orang meninggal dan 700 Kepala Keluarga (KK) terpaksa mengungsi akibat banjir bandang tersebut.
Tujuh korban meninggal Adwirzah Tanjung,60 dan Idwaranisa,58, keduanya warga Kelurahan Padang Masiang, Kecamatan Barus, Marpaung,50, warga Bonan Dolok, Kecamatan Andam Dewi, Juster Sitorus,55, warga Bonan Dolok, Kecamatan Andam Dewi, Pardamean br Manalu,85, warga Bonan Dolok, Kecamatan Andam Dewi, Abdul Rahman,72, warga Bonan Dolok, Kecamatan Andam Dewi dan Esrin Pane,48, warga Bonan Dolok, Kecamatan Andam Dewi.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Tengah Agus Haryanto, Rabu (29/1/2020) mengatakan tim gabungan masih mencari dua orang yang dinyatakan hilang.
Pemerintah Kabupaten Tapteng sudah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari ke depan. “Status tanggap darurat terhitung mulai hari ini hingga 5 Februari mendatang,”kata Agus.
Dalam penanganan dan proses evakuasi korban, masih kata Agus, Pemkab Tapteng telah melakukan sinergi dengan TNI/Polri. Begitu juga Pemkab Tapteng sudah mendirikan posko pengungsian dan dapur umum di Kecamatan Barus dan Andam Dewi.
Ada enam kecamatan yang terdampak banjir dan longsor yakni Kecamatan Sorkam, Kecamatan Pasaribu Tobing, Kecamatan Sitahuis, Kecamatan Sarudik, Kecamatan Andam Dewi dan Kecamatan Barus.
Pasangan suami istri menjadi korban banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Selasa sekitar pukul 21.00 WIB adalah pasangan Azwirsyah Tanjung dan Idwarnisa Tanjung. Mereka meninggal dunia setelah terseret arus Sungai Sirahar.
Diketahui, kedua korban merupakan orangtua Adhitia Melfan Tanjung. Anggota DPRD Tapteng terpilih pada Pemilu 2019 lalu. Setelah disalatkan di masjid terdekat, kedua korban dimakamkan di Desa Padang Masiang, Barus.
Menurut keterangan dari keponakan korban bernama Epriadi, kedua korban meninggal dunia akibat terseret banjir saat akan mengungsi.
"Kejadiannya sekitar jam 9 malam, mereka mengendarai mobil. Rencananya mereka mau mengungsi, tapi mobil mereka masuk lubang, karena air di jalan tingginya sekitar 60 sentimeter, jadi gak kelihatan, kemudian mobil mereka hanyut terseret arus air Sungai Sirahar," jelas Epriadi. (samosir/win)
(samosir/win)