ADVERTISEMENT
Rabu, 9 Oktober 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
JAKARTA – Dalam kurun 21 minggu, Suku Dinas Sosial (Sudinsos) Jakarta Selatan, mengamankan 18 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Mereka diamankan dari sejumlah lokasi yang dianggap paling rawan dan menjadi titik pantau. Plt Kepala Suku Dinas Sosial, Jakarta Selatan Mursidin, mengatakan dua minggu terakhir ini pihaknya mengamankan sebanyak 18 PMKS. Mereka diamankan dari sejumlah titik pantau yang dianggap rawan PMKS. "Sampai hari ini Rabu (9/10), Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan melalui petugas P3S (Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian Sosial), telah menjangkau 18 PMKS dari berbagai titik pantau di 10 kecamatan di Jakarta Selatan," kata, Mursidin, Rabu (9/10). Menurutnya, dari jumlah itu dirinciannya di antaranya pengemis, gelandangan, anak jalanan tiga orang, ODMK orang, Asongan dan orang terlantar. Saat ini ke 18 orang yang terjaring itu langsung di kirim ke panti sosial untuk mendapat pembinaan. Mursidin menambahkan, jajarannya terus melakukan pengawasan di 83 titik rawan keberadaan PMKS. Seperti lampu merah, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), pasar, juga rumah ibadah. "Petugas P3S akan kita sebar di beberapa titik ada juga yang mobile dan berjaga di titik posko. Mereka disiagakan untuk menjaring dan menghalau para PMKS," terangnya. Menurutnya, dari 83 titik rawan PMKS, 13 titik di antaranya dijaga oleh petugas, sisanya akan dipantau secara mobile. Diharapkan dengan cara seperti ini Jakarta Selatan akan terbebas dari PMKS yang berkeliaran di Jalanan. "13 titik Posko PMKS yang dijaga oleh petugas yakni Perempatan Pertanian, Lenteng Agung, Kalibata, Pancoran, Casablanka, Mampang Prapatan, Patung Pemuda, CSW, Permata Hijau, Petukangan, Pondok Pinang Center, Lebak Bulus dan Fatmawati serta sejumlah wilayak lainnya," tambahnya. Sementara itu Suhartini,64 salah seorang PMKS mengaku dirinya terpaksa menjadi pengemis karena tidak memiliki tempat tinggal. Selain itu juga tidak memiliki keluarga sehingga dirinya memilih hidup di jalanan. “Saya terpaksa mengemis untuk makan sehari-hari karena tidak ada pendapatan. Selain itu saya juga tidak punya saudara di Jakarta,” kata wanita asal Brebes, Jawa Tengah tersebut. (wandi/win)
ADVERTISEMENT
Berita Terkait
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berita Terkini
ADVERTISEMENT
0 Komentar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT