ADVERTISEMENT

Ini Cara Membuat Burung Murai Batu Setara Mobil Seken

Kamis, 22 Maret 2018 05:08 WIB

Share
Ini Cara Membuat Burung Murai Batu Setara Mobil Seken

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Bagi pencinta burung atau sering disebut kicau mania berkantong tebal, membeli murai batu gacor yang harganya sangat mahal tentu tidak terlalu sulit bagi mereka. Namun tidak demikian dengan hobis berkantong cekak yang hanya mampu membeli burung colokan hasil tangkapan hutan yang banderolnya jauh lebih murah. Lalu, bagaimana cara memilih murai batu liar yang punya prospek jawara? Murai batu yang dimaksud dalam tulisan ini khusus membahas burung trah Medan, Sumatera Utara, yang dikenal sebagai kalangan elitnya keluarga murai. Burung trah Medan dan sekitarnya, ditandai dengan warna bulu yang lebih tebal,ekornya relatif panjang antara 14 dan 27 cm. Selain itu volume suaranya lebih keras dan tebal, sedangkan iramanya sangat variatif dibanding murai asal Kalimantan maupun Lampung. Murai kelas jawara harganya mencapai ratusan juta rupiah, sedangkan murai yang gacor kelas rumahan di atas Rp 5 juta. Sedangkan murai bahan terdiri dari dua kelompok yakni hasil ternakan dan tangkapan alam liar. "Anakan murai hasil ternak usia dua bulanan harga di atas Rp 2,5 juta. Sedangkan hasil tangkapan hutan terdapat beberapa katagori lagi untuk membedakan harga yakni muda hutan dan dewasa hutan. Kelompok dewasa hutan ini dipilah lagi yakni ekor bondol, ekor sedang, dan ekor panjang," ujar Supriyadi, pedagang di Pasar Burung Pramuka, Jakarta Timur. Untuk kelompok hasil tangkapan hutan, yang termurah adalah dewasa bondol alias bulu ekornya rontok habis saat ditangkap atau selama proses pengiriman dari Sumatera ke Jakarta. Murai dewasa bondol harganya sekitar Rp 1 juta atau setengahnya dari muda hutan. Sebagaimana lazimnya burung yang baru ditangkap dari hutan, maka sifatnya masih liar, giras, tidak tenang, dan hanya mau makan pakan hewani seperti kroto, jangkrik, ulat, dan cacing. "Burung ini biasanya ditaruh satu sangkar beramai-ramai atau disebut burung colokan," kata Supriyadi yang dikenal sebagai spesialis pedagang murai batu Medan. Menurutnya, kalau kita sabar dan jeli bisa mendapatkan burung colokan yang prospeknya bisa jadi jawara lomba. Ciri-ciri colokan yang bagus, kata Supriyadi, pilih yang usianya dewasa muda sehingga mudah dilatih atau dimaster. Adapun fisik pilih yang besar, kepala papak, mata belok, paruh tipis, kaki warna gelap, dan bulu lebar dan tebal. "Pilih suara ketrekan yang keras, apalagi dobel lebih bagus lagi. Posisi kaki jangan terlalu menekuk saat bergerak loncat sana-sini. Ini untuk mempertimbangkan posisi ekor yang rapi dan lincah," papar Supriyadi yang tiap bulan menjual sedikitnya seribu ekor murai. Murai batu medan, dikenal sebagai raja gantangan lomba burung berkicau. (joko) "Apalagi di dalam sangkar ombyokan, burung sudah berani ngeriwik berarti mentalnya bagus sekali," sambung pedagang yang tiap pekan mendapat pasokan minimal 250 ekor murai Medan yang dikirim dari Batam. Menurutnya, kalau calon pembeli sabar memantau burung, maka bisa mendapatkan kelas colokan yang prospektif. "Banyak pelanggan yang memantau di sini dari pagi sampai sore hanya untuk membeli seekor colokan. Banyak yang berhasil, burungnya jadi jawara lomba setelah dirawat selama beberapa bulan," kata Supriyadi yang menyediakan banyak murai dengan berbagai kondisi. "Pokoknya kalau burung colokan sudah sering ngeriwik artinya mentalnya bagus, maka sangat prospek jadi jawara asal dirawat dengan baik," sambungnya. Supriyadi menambahkan berdasarkan pengakuan sejumlah pelanggan, burung colokan setelah jadi jawara tingkat latpres atau regional dijual sampai puluhan juta rupiah. "Ada yang dibarter dengan motor Yamaha NMAX maupun mobil seken," ujar Supriyadi yang baru saja melepas murai klangenannya dimahar sebesar Rp 35 juta. "Intinya kalau sudah punya burung yang katuranggannya bagus, maka tinggal diteruskan melalui perawatan yang baik dan benar," terusnya. Perawatan yang baik dan benar antara lain memberikan jumlah pakan hewaninya sesuai kebutuhan masing-masing burung. "Tiap hari harus dilakukan mandi dan jemur secara rutin, sangkar sering dikerodong, serta dimaster sejumlah jenis burung non-siul seperti cililin, love bird, dan kenari," tandas Supriyadi sambil meyakinkan di antara sekelompok murai colokan pasti ada beberapa yang prospek. "Kuncinya pantau yang sabar dan rawat yang baik," pesannya. (joko)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT