Ibukota Liberia Terapkan Aturan "Bebas Ojek"

MONROVIA - Jika ibukota Indonesia, beberapa tahun lalu,  menerapkan aturan "bebas becak", maka Liberia menerapkan "bebas ojek" di ibukotanya, Monrovia. Liberia negeri di benua Afrika yang baru melewati perang saudara, 1989-1996. Tak pelak larangan itu memicu kemarahan penduduk dan menyebabkan kekacauan transportasi. Akibat larangan  ojek yang diterapkan di ibukota Liberia, Monrovia, ini, ratusan orang banyak yang tidak bisa bekerja, kata wartawan BBC di Monrovia. Sebagian di antaranya ada yang harus berjalan berjam-jam menuju tempat kerja. Polisi mendirikan rintangan jalan dan mengerahkan personil tambahan untuk menjamin tidak ada ojek yang masuk pusat kota. Salahsatu pangkalan ojek di Monrovia, ibukota Liberia. Banyak tukang ojek di Monrovia adalah bekas pejuang selama perang saudara. Pemerintah Liberia mengatakan mereka melarang ojek karena banyak korban meninggal akibat kecelakaan. Ribuan ojek beroperasi di Monrovia, sebagian di antaranya mengangkut lima orang. Banyak tukang ojek adalah bekas pejuang yang terlibat dalam perang saudara 14 tahun di Liberia yang berakhir tahun 2003. Seperti di Indonesia, tukang ojek di Liberia  memiliki pangkalan. Berkumpul dan berorganisasi. Salahsatu organisasi beranggotakan 4.000 pengojek. Juru bicara polisi Monrovia Sam Collins mengatakan mereka tidak ingin menekan jumlah korban akibat kecelakaan ojek ini. Daniel Howard, juru bicara perkumpulan tukang ojek, mengatakan larangan itu menyebabkan mereka kesulitan mencari nafkah. Pernyataan polisi menyebutkan tukang ojek yang tertangkap di jalan utama akan didenda US$200 - setara Rp.2,2 juta - dan motornya disita. Warga Liberia rata-rata fasih berbahasa Inggris. Ibukota Liberia belum ketat menerapkan pengunaan hel bagi pengendara motornya.  (bbc/cnn/d) Lebih lanjut ini link tayangan kehidupan tukang ojek di Liberia dari liputan CNN: http://edition.cnn.com/video/data/2.0/video/international/2013/09/30/inside-africa-liberia-motorcycles-b.cnn.html