ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
JAKARTA (Pos kota) - Sebanyak 42 kontainer daging yang diimpor PT Karunia Segar Utama dipastikan akan direekspor (dikembalikan) ke negara asalnya Australia, sebab masuk ke Indonesia tanpa kuota. Kepala Otoritas Pelabuhan (OP) Tanjung Priok , Sahat Simatupang mengatakan pengimportir daging tersebut PT KSU tengah meminta keringanan biaya penumpukan. "Mereka masih negosiasi dengan pengelola terminal agar mendapatkan diskon atau pengurangan biaya, sehingga cepat dibawa ke Austria lagi," jelas Sahat. Jumlah daging impor bermasalah itu kata Sahat, totalnya ada 49 kontainer tapi baru 42 kontainer yang sudah mendapatkan ijin reekspor dari Bea dan Cukai. Sedang tujuh kontainer lainnya masih dalam proses. Ketika ditanya apa sanksi bagi importir yang tidak melaksanakan reekspor kendati sudah memperoleh izin dari Bea dan Cukai, Sahat mengaku belum bisa menindak tegas, sebab. sampai sekarang regulasi yang mengatur terhadap barang terkena rerekspor, tapi tidak dilaksanakan belum ada. "Akibat banyak yang tidak melaksanakan reekspor, terjadi penumpukan petikemas yang tidak jelas dan sangat mengganggu kegiatan bongkar muat di priok," terangnya. Sekjen BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Ridwan Tento mengaku banyak importir nakal non anggotanya yang tidak melaksakan reekspor terhadap barangya yang bermasalah. Misalnya limbah B3 beberapa waktu lalu sempat menumpuk di Priok akibatnya terjadi kepadatan berakibat mengganggu waktu lama barang menumpuk atau bongkar muat (dweling time). Ridwan berharap Untuk menekan dwelling time pemerintah perlu mengatur sanksi bagi importir yang barangnya harus di-reekspopr tapi tidak dilaksanakan. “Ini penting khususnya untuk mencegah negara kita jadi tempat pembuangan limbah B3 (Barang Beracun Berbahaya) dari luar negeri,” katanya. Misalnya, banyak importir memasukkan limbah B3 dari luar negeri dengan cara dokumennya dimanipulasi. Setelah barang tiba di pelabuhan importirnya menghilang atau perusahannya berpura-pura gulung tiket guna menghindari reekpor . "Mau diapakan itu sampah, akhirnya bertumpuk di pelabuhan ," kata Ridwan. (Dwi/d)
ADVERTISEMENT
Berita Terkait
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berita Terkini
ADVERTISEMENT
0 Komentar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT