ADVERTISEMENT

Daripada Jadi Karyawan Piling Mengamen

Rabu, 25 September 2013 22:14 WIB

Share
Daripada Jadi Karyawan Piling Mengamen

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JIVIA RAMADHANI, anak kecil berusia setahun itu bercanda manja dengan seorang remaja yang ternyata adalah ayahnya. “Ini penyemangat saya. Meski bagaimana pun, dia akan menjadi tumpuhan saya,” kata Aji, 19, pengamen, saat ditemui di sela-sela mengukuti penyuluhan HIV / AIDS di Aula Kramatjati. Menjadi pengamen jalanan, katanya, bukanlah cita-citanya. Karena sebelumnya, beberapa tahun lalu, dia pernah menjadi karyawan operator mesin di bidang escalator atau tangga berjalan. “Kerjanya berat, Pak. Apalagi kaca-kaca kan tidak boleh pecah,” katanya. Hanya saja, saat ini, ketika dandanan Aji sudah berubah, ada anting dan tato, pemikiran menjadi karyawan juga sudah berubah. “Mana ada perusahaan yang mau menerima orang seperti saya, dengan anting dan tato?” katanya. Tidak betah sebagai karyawan, pemilik nama Aji Ayat Sandi ini mulai turun ke jalan. Awalnya diajak teman-teman dan kemudian mulai berdiri sendiri. “Enak juga kalau jalanan macet, banyak pemasukan,” katanya diiringi tawa lepasnya. Satu persatu Angkot yang dinaiki selalu menjadi harapan agar ada yang memberi belas imbalan. “Bisa Rp 50 ribu, atau Rp 70 ribu, penghasilan sehari. Tergantung cuaca juga,” katanya. SERING DIKELUHKAN Disebutkan, menjadi pengamen di Angkot memang sering dikeluhkan penumpang. Terutama, mereka yang memiliki dandanan seadanya dan ada model memaksa. “Kalau saya nggak memaksa, dikasih syukur tidak ya nggak apa-apa,” katanya. Sekitar dua tahun lalu, saat awal menjalani dunia jalanan, Aji menikah dengan seorang wanita biasa, bukan wanita pengamen. Namun, usia perkawinan tidak berlangung lama, bahkan hanya dua bulan setelah Jivia lahir. “Anak ini menjadi penyemangat saya,” katanya mengulang. Sehingga, hasil mengamen seberapapun, selalu disisihkan untuk jatah membeli susu buat anak semata wayangnya. “Saat ditinggal ngamen, Jivia kadang ikut neneknya atau sering juga ikut istrinya yang sekarang,” katanya. (chotim/st) Teks :Aji Ayat Sandi, pengamen di kawasan Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, bersama anak semata wayang. (chotim)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT