Hari Buruh 1 Mei, Peringatan Tuntutan 8 Jam Sehari dalam Tragedi Haymarket

Selasa 29 Apr 2025, 12:38 WIB
Hari Buruh 1 Mei menjadi momen penting memperingati perjuangan serikat pekerja dalam Tragedi Haymarket. (Sumber: Istimewa)

Hari Buruh 1 Mei menjadi momen penting memperingati perjuangan serikat pekerja dalam Tragedi Haymarket. (Sumber: Istimewa)

POSKOTA.CO.ID - Hari Buruh 1 Mei merupakan hari bersejarah bagi serikat pekerja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Salah satu peristiwa paling terkenal yang kerap diperingati dalam May Day adalah tragedi Haymarket.

Perjuangan untuk kondisi kerja yang manusiawi kembali diingat melalui tragedi Haymarket dan perayaan May Day, peristiwa bersejarah yang menjadi tonggak perubahan hak-hak pekerja di dunia.

Pada masa revolusi industri di abad ke-19, para pekerja di Amerika Serikat dan Eropa menghadapi kerja 10 hingga 16 jam per hari dengan upah rendah, yang sering kali berakhir dengan kecelakaan fatal.

Baca Juga: May Day: Mengapa 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh? Ini Fakta Sejarahnya

Protes buruh dalam peristiwa Tragedi Haymarket. (Sumber: Istimewa)

Protes Keras Buruh terkait Jam Kerja

Pada 1886, pemogokan masif yang digelar oleh ribuan pekerja menyuarakan tuntutan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, dan 8 jam rekreasi.

"Upah yang rendah adalah kenyataan lain yang harus dialami buruh. Sementara kematian dan cedera, tidak bisa tidak, menjadi hal yang wajar dalam kondisi kerja demikian," tulis Fathimah Fildzah Izzati dalam artikel bertajuk "Tragedi Haymarket dan May Day", dikutip oleh Poskota dari laman blog.sindikasi.org pada Selasa, 29 April 2025.

Demonstrasi yang dimulai pada 1 Mei di Chicago diikuti oleh sekitar 40 ribu pekerja, hingga kemudian jumlahnya meningkat menjadi 100 ribu orang.

"Melihat gelombang massa aksi yang terus bertambah besar, aparat kepolisian mulai bertindak pada hari itu secara represif," tulis Fathimah Fildzah Izzati lebih lanjut.

Baca Juga: 10 Link Twibbon Ucapan Selamat Hari Buruh 1 Mei 2025

Puncak Tragedi

Tragedi puncak terjadi pada 4 Mei 1886 menandai peristiwa yang kini dikenal sebagai Tragedi Haymarket.

"Pada 4 Mei 1986. Polisi menembak demonstran secara membabi buta setelah dari arah massa ada bom yang dilempar hingga menyebabkan seorang polisi meninggal," tulis Fathimah.

Dalam kekacauan tersebut, identitas pengebom tetap tidak terungkap, sementara aparat berupaya menekan gerakan buruh dengan menyerang setiap pertemuan serta sekretariat serikat pekerja.

Sebagai respons atas rentetan aksi dan penganiayaan tersebut, pengadilan memutuskan hukuman berat terhadap tokoh-tokoh gerakan buruh, di mana salah seorang anarkis dihukum gantung pada 11 November 1987.

BACA JUGA:

Peristiwa tersebut bukan semata-mata soal tuntutan “Delapan Jam Sehari” melainkan juga merupakan simbol pengorbanan dan harapan akan perubahan tatanan kerja yang lebih adil.

Pengakuan atas perjuangan tersebut semakin melebar ketika, pada Kongres Internasional Kedua di Paris pada 1889, 1 Mei ditetapkan sebagai Hari Buruh Internasional.

Meskipun pengakuan secara resmi datang dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) pada tahun 1919, makna dari perjuangan para buruh terus membekas sebagai dasar bagi pencapaian hak-hak mereka hingga saat ini.

"Kondisi kerja yang kita rasakan hari ini tak pernah luput dari sejarah panjang perjuangan kaum buruh yang dahulu harus meregang nyawa di pabrik karena kerja yang tak manusiawi, atau meregang nyawa karena menuntut keadilan dan kondisi kerja yang layak di jalanan. Inilah mengapa kita merayakan May Day," tutup Fathimah.

Berita Terkait

News Update