Menurut keterangan resmi yang disampaikan oleh Kompol Salahuding, Kasat Reskrim Polresta Serang Kota, Mulyana ditangkap tanpa perlawanan di wilayah Pabuaran, Banten pada 19 April 2025. Penangkapan ini dilakukan setelah melalui serangkaian penyelidikan dan pengumpulan bukti dari lokasi kejadian.
Motif yang diduga melatarbelakangi tindakan Mulyana sangat mengejutkan. Ia disebut menolak permintaan untuk menikahi SA yang kala itu tengah mengandung anak hasil hubungan mereka. Penolakan tersebut memicu pertengkaran yang berujung pada tindak kriminal tragis.
Respons dan Kekecewaan Publik
Kabar ini dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial dan kanal berita daring. Banyak netizen yang awalnya mengenal Mulyana sebagai sosok inspiratif merasa kecewa dan tak percaya.
Sebagian mengekspresikan duka dan simpati kepada korban, sementara sebagian lain bertanya-tanya apa yang membuat Mulyana berubah begitu drastis.
Kisah Mulyana menjadi cerminan nyata bahwa ketenaran sesaat tidak selalu berbanding lurus dengan keberhasilan jangka panjang.
Kehidupan yang keras, tekanan sosial, dan kurangnya bimbingan psikologis seringkali menjadi latar belakang dari keputusan ekstrem yang diambil oleh individu muda.
Baca Juga: Kenali Ciri-Ciri Pinjol Legal 2025, Jangan Sampai Tertipu
Analisis Sosial: Di Balik Layar Kehidupan
Kasus Mulyana membuka kembali perdebatan tentang dampak sosial terhadap anak-anak dari keluarga tidak mampu. Ketika perhatian publik hanya bersifat sementara, banyak dari mereka yang kembali hidup dalam keterbatasan tanpa dukungan nyata yang berkelanjutan.
Di sisi lain, masyarakat juga diingatkan bahwa narasi inspiratif di televisi tidak selalu mencerminkan kenyataan yang akan bertahan.
Tanpa sistem pendukung, seperti pendidikan, bimbingan psikologis, dan pembinaan karakter, seseorang mudah tergelincir dalam keputusan yang menghancurkan hidup mereka sendiri dan orang lain.
Meski menyedihkan, kisah Mulyana juga membawa pesan penting bagi semua pihak baik media, pemerintah, maupun masyarakat umum.
Setiap anak dari latar belakang miskin memiliki potensi, namun potensi tersebut membutuhkan lingkungan yang konsisten mendukung mereka untuk tumbuh.