Pesan Seniman: Yang Bertato yang Bertakwa

Senin 21 Apr 2025, 09:11 WIB
Seniman tato sedang menato lengan peserta acara 'Silatatorahmi', di Bandung, beberapa waktu lalu. Acara ini digagas Wandiyana dan dihadiri legenda seni tato Indonesia, Yusepthia Soewardi atau Kent Tattoo. (Sumber: Poskota/Gatot Poedji Utomo)

Seniman tato sedang menato lengan peserta acara 'Silatatorahmi', di Bandung, beberapa waktu lalu. Acara ini digagas Wandiyana dan dihadiri legenda seni tato Indonesia, Yusepthia Soewardi atau Kent Tattoo. (Sumber: Poskota/Gatot Poedji Utomo)

BANDUNG, POSKOTA.CO.ID - Para pelestari seni tato dari berbagai daerah berkumpul di Kota Bandung dalam acara "Silatatorahmi". Suara getaran mesin tato dari 25 peserta yang turut serta semakin menambah kekhasan kegiatan ini.

Acara ini digagas oleh salah satu legenda tato Bandung, Wandyana, yang telah memberikan warna tersendiri bagi para pecinta seni tato.

Sebanyak 25 seniman tato dari berbagai daerah, seperti Depok, Garut, Bekasi, Purwakarta, Jakarta, Bogor, dan Bandung Raya, unjuk kebolehan dalam melukis di kulit.

Masing-masing seniman memiliki ciri khas dan karakter tersendiri dalam menciptakan karya seni di tubuh para modelnya.

Baca Juga: DPRD Bandung Barat Rekomendasikan Eiger Camp ubah Site Plan Pembangunan

Ketua panitia acara ini, Wandi, sapaan akrabnya, menjelaskan, kehadiran para peserta bukan sekadar untuk menunjukkan keahlian, tetapi juga memahami filosofi dan tanggung jawab dalam memiliki tato.

"Jangan sampai seseorang bertato tanpa memahami komitmen dan tanggung jawab yang menyertainya," ujar Wandi kepada Poskota, di Bandung, belum lama ini.

Pria yang memiliki segudang pengalaman di dunia tato itu sebenarnya bercita-cita menjadi dokter kandungan, profesi yang jauh berbeda dari jalannya saat ini.

Namun, bakat melukis yang dimilikinya sejak kecil membawanya ke dunia seni tato. Seiring waktu, ia mulai menekuni seni tato pada 1997 meski dihadapkan pada stigma masyarakat yang kala itu masih memandang tato sebagai sesuatu yang negatif.

Baca Juga: PTUN Menangkan Rini Sartika, KPK Diminta Usut Permainan Anggaran di Pemkab Bandung Barat

Untuk mengubah paradigma tersebut, Wandiyana dan komunitasnya terus berupaya memperkenalkan tato sebagai seni yang tidak lagi identik dengan kriminalitas.

Dia berpandangan, tato adalah bagian dari warisan budaya Indonesia yang telah ada sejak 1.500 SM, berasal dari Suku Mentawai di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

"Sebagai pelestari, tugas kami adalah menyempurnakan seni tato tanpa menghilangkan esensinya," kata ayah tiga anak ini.

Wandi pun berpesan kepada mereka yang memiliki tato agar tetap menjaga keimanan, ketakwaan, dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. "Selalu jaga dan tingkatkan iman serta tetap tawakal dan berusahalah menjadi orang baik," ucap Wandi.

Sementara itu, legenda tato Indonesia, Yusepthia Soewardi atau yang lebih dikenal sebagai Kent Tattoo, sangat mendukung kegiatan ini. Menurut dia, acara semacam ini menjadi wadah positif bagi para seniman tato untuk bertukar ilmu dan mengembangkan keterampilan mereka.

"Stigma negatif terhadap tato masih ada, tetapi kini tato telah berkembang menjadi bagian dari identitas diri yang beriman, berilmu, dan beradab," ujar Kent.

Dia melihat banyak seniman tato saat ini berasal dari latar belakang pendidikan yang beragam, seperti desain grafis dan seni rupa, yang semakin menunjang profesi mereka sebagai artis tato profesional.

"Dulu, kehidupan seniman tato cukup sulit. Kami harus membuat alat sendiri, tinta sendiri, bahkan tidak memikirkan sanitasi. Sekarang, dengan perkembangan teknologi, alat dan tinta sudah lebih modern serta higienis," ungkapnya.

Perkembangan seni tato saat ini menuntut seniman untuk memiliki nilai-nilai moral dan etika yang kuat. Kent menegaskan, di era modern ini, tato tidak lagi bisa dikaitkan dengan kriminalitas. Banyak figur publik, bahkan pejabat pemerintahan, memiliki tato tanpa kehilangan wibawa dan profesionalisme mereka.

Di tahun ini pun, tato telah menjadi vibrasi fashion yang dapat diperhitungkan keindahannya. Karena tato sudah berkembang dengan bermacam gaya. Ada realis, impresionis, abstrak, dan lainnya.

"Kini, tato bukan sekadar gambar di tubuh, tetapi telah menjadi bagian dari fashion dan seni yang diperhitungkan keindahannya. Ada berbagai gaya tato, seperti realis, impresionis, abstrak, dan masih banyak lagi," kata Kent.

Apalagi para seniman tato telah banyak memahami fungsi layout, rasio, warna, shading, blend, block, secara step by step.

Dia berpesan bagi mereka yang belum memiliki tato agar berpikir matang sebelum memutuskan. Sementara bagi yang sudah bertato, ia mengingatkan agar menjadikan tato sebagai simbol positif dalam kehidupan.

"Yang belum bertato, lebih baik berpikir 100 kali lipat. Tapi kalau yang sudah bertato, jadikanlah tato bukan sebagai kriminal. Karena adanya karya tato di tubuh itu beban berat. Berkaryalah yang lebih positif, jalani hidup dengan elegan dan beradab," tuturnya.

Berita Terkait

News Update