Ia juga memilih berbicara dalam bahasa Jawa ngoko kepada suaminya, bukan bahasa kromo inggil, sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem feodal yang memosisikan perempuan di bawah laki-laki.
Akhir Hayat Kartini
Kartini hanya hidup selama satu tahun setelah menikah. Ia wafat pada 17 September 1904, empat hari setelah melahirkan putra pertamanya yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.
Kisah Mas Ajeng Ngasirah adalah cerminan dari keteguhan dan cinta seorang ibu yang tak terucap, tetapi hidup dalam perjuangan anaknya.
Sosoknya menjadi inspirasi dalam pembentukan karakter Kartini, seorang perempuan yang berani bersuara demi keadilan, bahkan kepada sistem yang membesarkannya.