Dia berharap dari diskusi itu ada solusi terbaik, seperti penentuan lokasi pembuangan limbah yang jauh dari pemukiman warga atau penerapan teknologi baru untuk menghilangkan bau.
"Solusi yang cepat dan kolaboratif sangat diperlukan agar masyarakat tidak terus-menerus terganggu oleh masalah ini," tuturnya.
Dia menyebutkan, ketika pemerintah, industri dan masyarakat telah terjalin kerja sama, maka tentu permasalahan ini dapat terselesaikan, demi kenyamanan masyarakat sekitar.
Sebelumnya diberitakan, cairan kimia milik PT Elnusa Petrofin disimpan di lapangan terbuka yang berada tepat di tengah permukiman warga.
Drum-drum biru berisi cairan kimia itu dibiarkan terbuka begitu saja, hingga aromanya langsung menyebar ke rumah-rumah warga, terutama di RT 01, 02, 03, dan 05.
"Kami yang tinggal di sini tiap hari mencium bau asam menyengat, kayak bau cuka tapi lebih tajam. Kalau angin kencang, baunya makin terasa dan bikin sesak napas,” kata Sekretaris RT 02 RW 09, Wijaya Sudrajat, saat ditemui Poskota di rumahnya, Senin (14/4).
Rumah Wijaya memang berada persis di depan lokasi penyimpanan limbah. Dia menyebut, sudah tiga bulan bau tak sedap ini dirasakan warga. Keluhan demi keluhan terus berdatangan, sampai akhirnya warga memutuskan untuk bergerak.
“Baru dua hari lalu, kami warga RW 09 bareng-bareng datangi kantor PT Elnusa Petrofin di Jalan Plumpang-Semper. Kami minta penjelasan dan solusi dari mereka,” ujarnya.
Pihak perusahaan kemudian mengangkut puluhan drum satu per satu dari lapangan. Alat berat seperti ekskavator sudah diterjunkan untuk membersihkan lokasi.
“Kadang masih tercium juga kalau angin besar datang. Kami minta drum-drum itu segera dipindahkan semua. Kalau bisa jauh dari pemukiman,” tambah Wijaya.
Tak cuma bau, warga juga khawatir dengan dampak jangka panjang dari paparan zat kimia itu. Amsyiah, warga RT 02, mengaku merasakan sesak napas tiap malam. “Hampir tiap malam saya keluar rumah cari udara segar. Dalam rumah enggak kuat baunya, kayak bau asam gosong,” kata Amsyiah, 26 tahun.
Warga lainnya, Masum, 50 tahun, bahkan sempat mencium aroma seperti kayu terbakar dan langsung merasa sesak. "Baunya nyesek banget. Kita juga takut ini limbah bahaya. Kan enggak tahu bahan kimianya apa," katanya.