POSKOTA.CO.ID - Polemik seputar keaslian ijazah mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menjadi sorotan publik pada 15 April 2025, menandai isu yang terus bergulir sejak lama.
Isu ini mencakup berbagai tuduhan teknis dan klarifikasi resmi, dengan implikasi yang signifikan terhadap persepsi publik dan legitimasi akademik. Kontroversi ini bukanlah hal baru.
Sejak Jokowi menjabat sebagai presiden, isu keaslian ijazahnya telah beberapa kali diangkat, termasuk kasus pada 2016 ketika Bambang Tri Mulyono, penulis buku "Jokowi Undercover", ditangkap dan dihukum penjara tiga tahun karena dianggap menyebarkan informasi tidak sesuai kenyataan.
Meski demikian, isu ini kembali mencuat pada awal 2025, dipicu oleh pernyataan dari pihak tertentu yang mempertanyakan dokumen pendidikan Jokowi.
Menurut pernyataan dari tim hukum Jokowi, tuduhan serupa telah diajukan ke pengadilan sebanyak tiga kali dan selalu dimenangkan oleh pihak Jokowi, dengan penggugat kalah dalam persidangan.
Hal ini menunjukkan bahwa secara hukum, keaslian ijazah telah diakui, meski debat publik tetap berlangsung.
Baca Juga: Heboh Isu Ijazah Jokowi Palsu, Netizen di X Ramai Bandingkan Hal Ini
Tuduhan Terhadap Ijazah Jokowi
Tuduhan terbaru datang dari Rismon Hasiholan Sianipar, mantan dosen Universitas Mataram, yang mengklaim bahwa font Times New Roman pada lembar pengesahan dan sampul skripsi Jokowi tidak mungkin ada pada era 1980-an hingga 1990-an, saat Jokowi lulus pada 1985.
Rismon, dalam video di kanal YouTube Balige Academy pada 11 Maret 2025, berargumen bahwa font tersebut baru tersedia setelah rilis Windows 3.1 pada 6 April 1992.

Klarifikasi dari UGM
UGM, melalui Dekan Fakultas Kehutanan Sigit Sunarta, memberikan penjelasan rinci mengenai tuduhan font.