Meski mengakui bahwa pada awalnya kebijakan ekspor ke Amerika akan menimbulkan dampak tertentu, Wido meminta pemerintah segera bersiap sejak dini.
Langkah yang bisa diambil antara lain memperkuat sektor industri yang menyerap tenaga kerja besar, sehingga menciptakan peluang pekerjaan baru.
“Sejak sekarang, pemerintah perlu siapkan strategi produksi industri yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. Ini bisa jadi solusi atas ancaman PHK,” imbuhnya.
Wido juga menyinggung dana pensiun para buruh yang tersimpan di Jamsostek. Menurutnya, dana tersebut sangat besar dan bisa dimanfaatkan untuk mendorong para buruh pensiunan membuka usaha baru.
“Dana pensiunan buruh di Jamsostek itu nilainya sekitar Rp1.000 triliun. Uang ini akan cair menjelang masa pensiun dan bisa dimanfaatkan untuk buka usaha. Daripada hanya disimpan, lebih baik diputar jadi modal produktif,” jelasnya.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jakarta, Diana Dewi, turut angkat bicara. Dia menuturkan, kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa menimbulkan dampak serius terhadap perekonomian Indonesia, terutama di sektor ekspor dan industri.
“Ancaman PHK akibat kelesuan ekonomi cukup signifikan,” ujarnya.
Diana mengungkapkan, di Jakarta saja, sebanyak 2.650 pekerja sudah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) hanya dalam bulan Februari 2025. Secara nasional, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sekitar 18 ribu pekerja terpaksa kehilangan mata pencaharian dalam dua bulan pertama tahun ini.
Ia juga menekankan, dampak dari kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan AS bisa merembet ke banyak sektor. Selain penurunan ekspor, sektor riil juga diprediksi terkena tekanan berat. Bahkan, pelemahan nilai tukar rupiah hingga potensi resesi bisa menjadi konsekuensi nyata jika situasi tidak segera ditangani.
“Berdampak besar ke sektor riil, melemahnya nilai tukar rupiah, ketidakpastian berusaha, dan bermuara pada resesi ekonomi,” jelasnya.
Di tengah tantangan tersebut, KADIN Jakarta mendorong pelaku usaha agar mulai memperluas cakupan pasar. Menurut Diana, ini momen yang tepat untuk mencari peluang baru di luar Amerika Serikat. Pasar Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin bisa menjadi ladang baru untuk memperluas ekspor.
“Dalam kacamata positif, saya melihat kebijakan Trump ini justru menjadi peluang bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang mungkin selama ini merasa nyaman ekspor ke AS,” terangnya.