Namun, dengan komitmen jangka pendek yang diungkapkan Pastoor, muncul kekhawatiran bahwa tidak akan ada kesinambungan strategi, terutama jika posisi asisten pelatih harus kembali diisi oleh figur baru dalam waktu singkat.
Tantangan Ke Depan: Antara Hasil dan Rencana Jangka Panjang
Masa depan Alex Pastoor akan sangat bergantung pada performa Timnas Indonesia dalam dua laga sisa di ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Jika skuad Garuda gagal lolos ke babak selanjutnya, maka bukan hanya posisi pelatih kepala yang dipertaruhkan, namun juga keberlangsungan proyek besar Timnas dalam membangun sistem permainan jangka panjang.
Dengan tekanan besar yang menyertai laga-laga mendatang, posisi Pastoor sangat mungkin berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan.
Sebaliknya, jika Timnas mampu menunjukkan performa yang menjanjikan, bukan tidak mungkin Pastoor akan mempertimbangkan kembali keputusannya.
Baca Juga: Panduan Cek Bansos PKH 2025, Apakah Penyaluran Tahap 2 Sudah Dimulai?
Kesimpulan: Ketidakpastian yang Menggantung
Keberadaan Alex Pastoor di kursi asisten pelatih Timnas Indonesia menambah warna dalam dinamika kepelatihan skuad Garuda.
Di satu sisi, pengalamannya di Eropa bisa menjadi katalis dalam mengangkat performa tim. Di sisi lain, pernyataannya tentang kontrak jangka pendek menyiratkan bahwa waktunya bersama Timnas kemungkinan besar tidak akan berlangsung lama.
Bagi PSSI dan seluruh pemangku kepentingan sepak bola nasional, penting untuk segera menyiapkan rencana kontinjensi jika skenario terburuk. Timnas gagal lolos dan Pastoor memutuskan hengkang—benar-benar terjadi. Stabilitas dan kesinambungan proyek Timnas harus tetap dijaga, terlepas dari siapa pun yang duduk di kursi staf pelatih.
Spekulasi masa depan Alex Pastoor mencerminkan tantangan dalam menyelaraskan ekspektasi pelatih asing dengan kebutuhan pembangunan jangka panjang tim nasional.
Apapun hasil yang akan diraih oleh Timnas Indonesia dalam babak kualifikasi mendatang, kejelasan peran dan durasi jabatan staf pelatih menjadi kunci agar proyek pengembangan sepak bola Indonesia tidak kembali stagnan.