Salah seorang pedagang UMKM, Yudi Luter, 45 tahun, menyebut program itu memang menyediakan tempat, tenda hingga stok barang, seperti mie instan dan sejenisnya. Namun sistem pembagian keuntungan dinilai berat.
"Masalahnya 40 persen itu harus dibagi dua karena satu usaha dijaga dua orang. Kalau pembeli ramai enggak masalah, tapi sekarang kan sepi," kata Yudi.
Sebagai contoh, dalam sehari, pendapatan hasil penjualan hari ini mendapatkan Rp200 ribu, maka 60 perseb harus diberikan kepada pengelola. Sisanya Yudi harus membagi dua kpeada rekannya.
Hal ini yang dikeluhkan para pedagang UMKM Binaam Ancol. Mereka mengklaim, pendapatan mereka justru lebih tinggi saat masih berdagang asongan atau sebelum bergabung ke UMKM Binaan.