Rendang menjadi pilihan utama karena simbolisasi keberkahan, ketahanan, dan kebersamaan.
Selain itu, rasanya yang kaya rempah dan teksturnya yang lembut menjadikan rendang sebagai sajian istimewa yang menggugah selera.
Selain faktor budaya, ada alasan praktis mengapa rendang menjadi favorit saat Lebaran.
Baca Juga: Cobain Resep Rendang Telur Ini, Bisa Dijadikan Menu Harian Favorit Keluarga
Proses memasaknya yang lama membuat rendang lebih tahan lama dibandingkan dengan masakan lainnya.
Ini sangat cocok untuk keluarga yang menerima banyak tamu dan ingin menyajikan hidangan yang tetap lezat meski disimpan selama beberapa hari.
Filosofi Rendang dalam Budaya Minangkabau
Rendang tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Minangkabau. Dalam budaya Minang, rendang melambangkan empat nilai utama yang disebut "karambia, cabik, lada, dan garam":
- Daging (Karambia): Melambangkan pemimpin atau niniak mamak yang bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat.
- Santan (Cabik): Simbol cendekiawan yang memiliki pemikiran tajam dan berperan sebagai penyeimbang dalam kehidupan sosial.
- Cabai (Lado): Menggambarkan ulama atau tokoh agama yang memberi pedoman dalam kehidupan.
- Bumbu dan Rempah (Garam): Mewakili seluruh masyarakat yang menjadi bagian penting dalam kehidupan bersama.
Dengan filosofi ini, rendang menjadi lebih dari sekadar hidangan—ia adalah representasi dari harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan sosial Minangkabau.
Baca Juga: Jadi Makanan Favorit di Hari Lebaran, Begini Resep Rendang Daging Empuk dengan Bumbu Melimpah
Rendang di Mata Dunia
Popularitas rendang tidak hanya terbatas di Indonesia. Pada tahun 2011, CNN Travel menobatkan rendang sebagai makanan terenak di dunia dalam daftar "World’s 50 Best Foods."
Pengakuan ini membuktikan bahwa rendang bukan hanya sekadar kuliner tradisional, tetapi juga warisan budaya yang patut dibanggakan.
Di berbagai negara, rendang telah mengalami berbagai adaptasi, baik dalam teknik memasak maupun bahan yang digunakan.