Hal tersebut adalah pendapat dari Imam Ahmad dalam satu riwayat dari Ibnu Qudamah menyebutkan,
وعن أحمد، رواية أخرى أنها تجب عليه؛ لأنه آدمي، تصح الوصية له، وبه ويرث فيدخل في عموم الأخبار، ويقاس على المولود
Dari Imam Ahmad, dalam salah satu riwayat lainnya, bahwa zakat fitrah untuk janin hukumnya wajib. Karena janin termasuk manusia, boleh menerima wasiat, bisa menerima warisan. Sehingga dia masuk dalam keumuman hadis tentang zakat fitrah, dan juga diqiyaskan dengan bayi yang sudah lahir. (Al-Mughni, 3/99).
Keterangan tersebut sebagaimana diriwayatkan dari sebagian para sahabat.
Mereka berpendapat bahwa janin dalam kandungan yang sudah berusia 4 bulan, wajib menunaikan zakat fitrah.
Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam keterangan Ibnul Mulaqqin,
ونقل قوم عن السلف أنه إذا كمل الجنين في بطن أمه أربعة أشهر قبل الفجر وجب الإخراج عنه، وإنما خص الأربعة أشهر بذلك للاعتماد على حديث ابن مسعود أن الخلق يجمع في بطن أمه أربعين يوما
“Terdapat keterangan dari sebagian sahabat, jika janin sudah genap usia 4 bulan dalam kandungan, sebelum subuh hari raya, maka wajib dibayarkan zakat fitrahnya. Mereka menjadikan 4 bulan sebagai batas, bersandar dengan hadis Ibn Mas’ud bahwa penciptaan manusia dalam rahim ibunya selama 40 hari dalam bentuk nutfah… hingga ditiupkan ruh setelah berusia 120 hari.” (Al-I’lam bi Fawaid Umdatul Ahkam, 3/57).
Adapun dalam riwayat lainnya, seperti Imam Ahmad yang berpendapat bahwa dianjurkan membayar zakat fitrah untuk janin.
Beliau berdalil dalam praktik Khalifah Utsman bin Affan radiyallahu'anhu, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dari Qatadah,
أن عثمان كان يعطي صدقة الفطر عن الصغير والكبير والحمل
Bahwa Utsman radhiyallahu ‘anhu membayar zakat fitrah untuk anak-anak, orang dewasa, dan bayi yang masih di kandungan. (Masail Abdullah bin Ahmad hlm. 170).