Wawancara ini diliput dan dipublikasikan oleh outlet media internasional seperti situs web saluran Qatar Al Jazeera, "Al Jazeera Net", jaringan Eropa "Euronews" dan situs lainnya, peta "Israel Raya" muncul.
Itu meliputi wilayah luas Sinai, tanah Mesir, wilayah utara Arab Saudi, Kuwait, Irak, Yordania, Suriah, Lebanon, dan Lebanon selatan, yang diarsir dengan warna biru.
"Saya pikir perbatasan kita pada akhirnya akan meluas dari Lebanon ke Gurun Sahara, yaitu Arab Saudi, lalu dari Laut Mediterania ke Efrat, dan di seberang Efrat akan menjadi wilayah suku Kurdi," kata Lipkin dalam wawancara tersebut.
"Jadi, kita punya wilayah Mediterania di belakang kita, suku Kurdi di depan kita, Lebanon, yang benar-benar membutuhkan payung perlindungan Israel, dan saya pikir setelah itu kita akan merebut Mekkah, Madinah, dan Gunung Sinai, dan kita akan berupaya membersihkan tempat-tempat itu," tambahnya.
Lipkin, yang mengidentifikasi dirinya sebagai politisi Israel yang mendirikan partai Yahudi Mesianik yang ikut serta dalam pemilihan parlemen dengan nama "Bible Bloc," digambarkan dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menurut situs webnya.
Peta "Israel Raya" karya Lipkin memiliki empat perbedaan mencolok dari sebagian besar peta yang diterbitkan sejauh ini mengenai batas imajiner "Israel Raya," termasuk peta yang muncul pada Konferensi Smotrich.
Perbedaan pertama, peta tersebut tidak hanya mencakup Semenanjung Sinai, tetapi juga menambahkan wilayah luas Lembah Nil di sebelah barat Kairo.
Pada perbedaan kedua, tidak hanya mencakup Yordania dan Irak, tetapi juga menambahkan Suriah, Lebanon, dan Kuwait.
Peta-peta tersebut secara umum tidak mencakup wilayah yang luas di Jazirah Arab, tetapi peta yang diterbitkan Lipkin mencakup wilayah-wilayah di Arab Saudi.
Israel Sembunyikan Niat Sebenarnya
Negara pendudukan Israel dikenal karena kegigihannya untuk tidak mengakui secara resmi niat sebenarnya, karena takut akan reaksi keras internasional.
Misalnya, negara itu masih belum mengakui kepemilikan senjata nuklirnya secara resmi. Pernyataan beberapa menterinya, termasuk seruan mereka untuk menyerang Gaza dengan senjata nuklir, telah mempermalukan posisi politiknya.
Seperti negara lain, Israel tidak memiliki konstitusi. Sebaliknya, negara ini diatur oleh seperangkat hukum dasar yang ditetapkan saat didirikan pada tahun 1948. Oleh karena itu, negara ini tidak memiliki batas wilayah formal yang ditetapkan sesuai dengan hukum internasional. Hal ini menimbulkan sejumlah pertanyaan tentang niat pendudukan Israel.