Ketika Denyut Pasar Tradisional Melemah, Seharian Dagangan Yeni Sempat Tak Ada yang Beli

Jumat 28 Mar 2025, 21:31 WIB
Yeni, pedagang di Pasar Palmerah Jakarta Barat, sedang menanti pembeli. (Sumber: Poskota/Pandi Ramedhan)

Yeni, pedagang di Pasar Palmerah Jakarta Barat, sedang menanti pembeli. (Sumber: Poskota/Pandi Ramedhan)

Menurut Yeni, salah satu penyebab sepinya pasar tradisional adalah hilangnya daya tarik. Dia mengatakan, dulu ada pusat perbelanjaan seperti Ramayana dan wahana permainan anak yang membuat banyak orang berbondong-bondong ke pasar.

"Kalau dulu ramai ya karena itu, sekarang Ramayana sama tempat main anak kan udah gak ada," ujarnya.

Slamet, 63 tahun, juga mengalami nasib serupa. Pedagang pakaian ini menyebutkan, penjualan semakin sulit dalam beberapa tahun terakhir. "Pokoknya sejak Covid-19 itu jadi sepi, pasar juga sekarang jadi sepi," katanya.

Dia teringat masa-masa ketika pasar tradisional menjadi pusat keramaian. Saat itu, orang-orang datang bukan hanya untuk belanja, tetapi juga untuk menikmati suasana pasar yang hidup. Kini itu hilang.

"Ya lihat saja sekarang kondisinya. Kalau begini, siapa juga yang mau ke pasar?," ujarnya, sembari melirik lapaknya yang sepi.

Lebih menyedihkan lagi, uang yang didapatnya kini hanya cukup untuk kebutuhan harian. Dulu, dia masih bisa menyisihkan sedikit penghasilan untuk ditabung.

Sekarang, setiap rupiah yang masuk langsung habis untuk membeli makanan. "Sekarang dapat pembeli, uangnya buat beli makan aja, mau nabung gak bisa juga karena pas-pasan," ucapnya.

Bagi para pedagang seperti Yeni dan Slamet, pasar tradisional masih bisa diselamatkan dan dikembalikan daya tariknya. Salah satunya dengan melakukan peremajaan, dibarengi wahana hiburan yang menarik. Mereka berharap, denyut pasar tradisional kembali hidup.

Berita Terkait

News Update